kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Jamkrindo mulai antisipasi berakhirnya program KUR


Selasa, 03 Juli 2012 / 16:05 WIB
Jamkrindo mulai antisipasi berakhirnya program KUR
ILUSTRASI. Jumlah penawaran yang masuk dalam penerbitan sukuk dolar AS Saudi Aramco capai US$ 60 miliar


Reporter: Mona Tobing |

JAKARTA. Manajemen Perum Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo) berbenah mempersiapkan bisnis lain, mengantisipasi berakhirnya program kredit usaha rakyat (KUR) tahun 2014 nanti. Maklum, penjaminan KUR sudah menjadi urat nadi bisnis Jamkrindo. Sementara, sampai saat ini belum ada kejelasan, apakah KUR terus berlanjut pasca tahun 2014.

Manajemen Jamkrindo mencatat, nilai penjaminan mencapai Rp 24 triliun per akhir Juni. Sektor KUR berkontribusi Rp 10 triliun dan non-KUR Rp 14 triliun. Target penjaminan tahun ini mencapai Rp 40 triliun.

Tentu saja, bila KUR berhenti, Jamkrindo harus memperbesar bisnis di non-KUR. Manajemen akan meluncurkan produk baru di sektor itu, yakni surety bond. Ini merupakan salah satu produk kontra bank garansi yang berupa surat penjaminan proyek dan bisa diperdagangkan.

Lewat produk surety bond, Jamkrindo berencana membidik pasar asosiasi yang menggarap proyek pemerintah, macam bisnis kontruksi. "Produk ini akan meluncur kuartal III 2012," kata Nahid Hudaya, Direktur Utama Jamkrindo, Senin (2/6).

Sebenarnya, surety bond adalah produk asuransi umum. Namun, mulai tahun 2008, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) membolehkan industri penjaminan terjun di bisnis ini.

Jamkrindo telah mempersiapkan sumber daya manusia (SDM), teknologi dan informasi (TI) serta standar operasi surety bond. "Kami akan menjual produk ini dengan harga yang sama di pasaran," ucap Nahid.

Tidak ketinggalan, Jamkrindo mulai menggarap bisnis fasilitas likuiditas pembiayaan perumahaan (FLPP) mulai semester II 2012. Saat ini Jamkrindo tengah mempelajari risiko bisnis FLPP. Terutama letak geografis perumahan yang dijamin FLPP. Risiko bisnis FLPP antara lain bencana alam atau kebakaran.

Manajemen juga siap memaksimalkan kontribusi dari unit usaha syariah (UUS). Dalam waktu dekat, UUS Jamkrindo akan menjalin kerja sama dengan tiga bank syariah sebagai bisnis penjamin eksisting. "Memang volume penjaminan UUS masih kecil tapi tren bisnisnya bagus," kata Nanang Waskito, Direktur Penjaminan Jamkrindo.

Volume penjaminan UUS Jamkrindo per semester I-2012 ini Rp 2 triliun. Hingga akhir tahun, nilai itu ditargetkan naik menjadi Rp 5 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×