Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank cilik terus melakukan penguatan modal dengan cara rights issue di tengah pandemi. Hal ini menjadi salah satu cara memenuhi Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor 12/POJK. 03/2020 tentang Konsolidasi Bank Umum agar bank memiliki modal inti minimum Rp 2 triliun tahun ini dan Rp 3 triliun di akhir 2022.
Terdapat 13 bank masih masih memiliki modal inti di bawah Rp 2 triliun hingga Juni 2021. Mereka adalah BGTG, BNBA, BACA, BBYB, BBHI, AMAR, BBSI, BINA, BCIC, BMAS, BSWD, BVIC, dan AGRS. Sejumlah bank telah menyatakan akan melakukan penguatan modal dengan skema rights issue.
PT Bank Capital Indonesia Tbk (BACA) memastikan menggelar penguatan modal dengan rencana penawaran umum terbatas (PUT) IV. Bank Capital berencana menerbitkan sebanyak-banyaknya saham 20 miliar saham baru dengan nilai nominal Rp 100 per lembar saham.
Oleh sebab itu, Bank Capital akan meminta restu kepada para pemegang saham pada RUPS Luar Biasa yang akan digelar pada 25 Agustus 2021 mendatang. Hingga Juni 2021, Bank Capital memiliki modal inti Rp 1,51 triliun naik dari posisi yang saham tahun lalu Rp 1,39 triliun.
Baca Juga: Sejahtera Bintang Abadi (SBAT) berniat rights issue dengan target Rp 130 miliar
“Tetap akan dilakukan tahun ini untuk memenuhi ketentuan OJK melalui Right Issue,” ujar Direktur Utama Bank Capital Wahyu Aji Dirut kepada KONTAN pada Selasa (3/8).
Setelah pelaksanaan penambahan modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD), maka Pemegang Saham Perseroan yang tidak menggunakan HMETD, persentase kepemilikan sahamnya dalam Perseroan akan terdilusi sampai dengan sebanyak-banyaknya sebesar 73,86%, apabila seluruh HMETD yang diterbitkan Perseroan terlaksana oleh pemegang HMETD yang berhak.
Hingga paruh pertama 2021, pemegang saham Bank Capital terdiri dari PT. Inigo Global Capital mengampit 14,71% dari total saham beredar. Lalu PT Delta Indo Swakarsa sebanyak 13,96% dan PT Asuransi Simas Jiwa sebesar Rp 10,94%. Sedangkan publik memiliki 60,39% dari total saham.
Selain itu, ada PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) yang baru saja merampungkan PUT IV dengan kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga 426 juta saham atau setara Rp 127,9 miliar. Lantaran PUT IV dengan HMETD kelebihan pemesanan hingga 426 juta lembar saham baru.
Baca Juga: Penuhi ketentuan modal inti, Bank Capital pastikan bakal gelar rights issue
Efek yang ditawarkan dalam PUT IV ini sebanyak 832.724.404 lembar saham dengan nilai pelaksanaan Rp 300 untuk setiap saham. Dengan demikian, jumlah dana yang akan diterima Perseroan dalam rangka PUT IV ini sebesar Rp 249,82 miliar.
Saat ini, Bank Neo tegah melakukan persiapan PUT V dengan memberikan HMETD sejumlah sebanyak-banyaknya 5 miliar lembar saham baru dengan nilai nominal Rp 100 setiap saham. Juga PUT VI dengan HMETD kepada para pemegang saham PUT VI dengan jumlah sebanyak-banyaknya 5 miliar lembar saham baru dengan nilai nominal Rp 100 setiap saham.
Seiring penguatan modal ini, PT Akulaku Silvrr Indonesia (Akulaku) sebagai salah satu pemegang saham pun akan mengambil alih BBYB dan menjadi pemegang saham pengendali setelah pelaksanaan PUT III. Hal tersebut akan dilakukan pada Oktober 2021 setelah keluarnya izin OJK dalam Surat Nomor SR-16/PB.1/2021 yang dikeluarkan pada tanggal 26 Juli 2021.
Aksi pengambilalihan ini terjadi karena Akulaku saat ini menjadi pemegang saham terbesar dengan porsi 24,98%. Adapun jumlah saham yang dipegang sebanyak 1.872.177.646 saham. Akulaku pertama kali masuk di BBYB pada awal tahun 2019 dengan mengakuisisi 8,9% saham PT Bank Yudha Bhakti Tbk (nama sebelumnya dari Bank Neo Commerce) dari PT Gozco Capital pada harga Rp 338 per saham dengan nilai total Rp 158 miliar.
Baca Juga: Sejahtera Bintang Abadi Textile (SBAT) bidik penjualan Rp 200 miliar di akhir tahun
Lalu ada PT Bank Bisnis Internasional Tbk (BBSI) akan melakukan PUT II dengan HMETD dengan merilis 344,78 juta saham nilai nominal Rp 100 per saham. Sekretaris perusahaan Paulus Tanujaya bilang jumlah itu setara dengan 14,37% dari modal disetor perseroan.
Bank yang disokong peer to peer lending Kredivo ini akan menggunakan dana hasil rights issue ini seluruhnya untuk memperkuat struktur permodalan demi memenuhi ketentuan modal inti OJK dan sebagai tambahan modal kerja dalam rangka pemberian kredit kepada nasabah yang akan direalisasikan secara bertahap.
Kredivo atau FinAccel Teknologi Indonesia saat ini mempunyai kepemilikan saham sebesar 24%. FinAccel juga tengah bersiap untuk melakukan IPO di bursa Nasdaq melalui skema SPAC.
Adapun Ban Ina Perdana (BINA) juga berencana merilis saham baru sebanyak-banyaknya 2 miliar dengan nilai Rp 100 per lembar saham pada PUT III. Sekretaris Perusahaan BINA Ria Sari Sidabutar bilang dana yang terkumpul setelah dikurangi biaya-biaya terkait PUT III akan digunakan untuk meningkatkan modal kerja pengembangan usaha perseroan.
Selanjutnya: Analis kompak rekomendasikan beli saham Bank BTN (BBTN), simak ulasannya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News