kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kenapa Bank di Indonesia kalah di level ASEAN?


Rabu, 31 Mei 2017 / 07:41 WIB
Kenapa Bank di Indonesia kalah di level ASEAN?


Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Beberapa bank di Indonesia masih belum menunjukkan tajinya di level Asia Tenggara (ASEAN). Hal ini dapat dilihat dari data Forbes terbaru 2017.

Dalam daftar 2000 perusahaan yang masuk di Forbes 2017, bank terbesar di Indonesia yaitu Bank Mandiri masih tertinggal dengan bank di Singapura, Malaysia dan Thailand.

Dari total aset, tiga bank di Indonesia yaitu Mandiri, BRI dan BCA tercatat hanya mempunyai aset sebesar US$ 77,1 miliar, US$ 74,5 miliar dan US$ 50,2 miliar.

Hal ini sangat jauh tertinggal jika dibandingkan bank di Singapura. DBS misalnya mempunyai total aset sebesar US$ 333,5 miliar atau 4,3 kali total aset bank terbesar di Indonesia yaitu Bank Mandiri.

Dibandingkan dengan Malaysia, bank di Indonesia juga masih tertinggal. Sebagai contoh, CIMB Grop Holding tercatat mempunyai US$ 108,3 miliar atau 1,4 kali bank Mandiri.

Jika melihat Thailand, Indonesia juga masih kalah. Bangkok Bank tercatat mempunyai total aset sebesar US$ 82.2 miliar atau 1.06 kali aset bank Mandiri. Namun jika dibandingkan Filiphina, Indonesia masih cukup kompetitif.

Padahal, PDB (produk domestik bruto) Indonesia merupakan yang tertinggi di ASEAN. Berdasarkan IMF ( International Monetary Fund) Januari 2017, PDB Indonesia sebesar US$ 1020 miliar.

Jahja Setiaatmadja, Direktur Utama BCA mengatakan penyebab aset bank di Indonesia masih kalah dengan beberapa negara ASEAN adalah karena pendapatan per kapita masih belum terlalu besar

“Pendapatan per kapita kita (masih) kalah dengan Singapura, Malaysia dan (Thailand),” ujar Jahja kepada KONTAN, Selasa (30/5).

Jika melihat data IMF Januari 2017, memang PDB per kapita Indonesia hanya US$ 3895 atau masih kalau dibanding Singapura US$ 51431 Malaysia US$ 9623 dan Thailand US$ 6265.

Untuk mengejar ketertingalan aset, saat ini bank berkode BBCA ini sudah mempunyai strategi. Namun menurut Jahja, jika hanya sekadar mengejar aset tapi profit tergerus memang kurang bagus.

Oleh karena itu, BCA kedepan mempunyai strategi yaitu tetap mengejar aset namun dengan memperhatikan kualitas kredit dan profitabilitas yang bagus. Hal ini tercermin dari kapitalisasi pasar BCA yang beberapa waktu lalu sempat melewati DBS.

Dalam jangka panjang, menurut Jahja, BCA menargetkan pertumbuhan aset sejalan dengan pertumbuhan PDB yaitu 5% sampai 7% secara konservatif. Sampai kuartal 1 2017, total aset BCA tercatat naik sebesar 10.2% secara tahunan atau year on year (yoy).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×