Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kesepakatan pembiayaan sindikasi baru sepanjang semester I 2022 masih lesu. Dalam enam bulan pertama ini, kredit sindikasi yang sudah disepakati baru mencapaian US$ 5,01 miliar yang berasal dari 16 proyek dari beberapa sektor mulai dari energi, infrastruktur, perkebunan, telekomunikasi, tambang dan keuangan.
Berdasarkan Bloomberg League Table Reports, total kesepakatan kredit sindikasi per 29 Juni 2022 tersebut turun 53% dari periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/YoY). Pada semester I 2021, telah tercapai 39 kesepakatan pembiayaan sindikasi dengan nilai mencapai US$ 10,65 miliar.
Dari 16 proyek tersebut, tiga berasal dari perusahaan smeter. Pertama, pembiayaan sindikasi kepada Amman Mineral Industry, pengelola smelter tembaga, senilai US$ 91,88 juta.
Kedua, perusahaan smelter nikel Rp PT Ceria Metalindo Prima dengan nilai sindikasi US$ 277,7 juta. Ketiga, perusahaan smelter nikel PT Bumi Mineral Sulawesi dengan nilai US$ 127,74 juta.
Baca Juga: Bank Mandiri Salurkan Kredit Sindikasi US$ 277 Juta ke PT Ceria Metalindo Prima
Tiga proyek berasal dari perusahaan energi dan satu tambang yakni PT Medco Daya Pratama senilai US$ 380 juta, Pertamina senilai US$ 1,19 miliar, Medco Enegi Global Pte ltd senilai US$ 450 juta, dan PT Dian Swastika Sentosa senilai US$ 150 juta.
Selanjutnya proyek sindikasi berasal dari dua perusahaan tambang yakni PT Tunas Baru lampung Tbk senilai US$ 236,2 juta dan PT Inti Indosawit Subur sebesar US$ 120 juta serta dua perusahaan keuangan yakni Astra Sedaya Finance sebesar US$ 300 juta dan Mandala Multifinance sebesar US$ 82,80 juta atau sekitar Rp 1,2 triliun.
Enam sindikasi lainnya berasal dari pengelola jalan tol PT Jasamarga Pandaan Malang senilai US$ 258,46 juta, PT Centratama Telekomunikasi Indonesia US$ 698,91 juta, Trans Media Corpora US$ 250,79 juta, Plaza Indonesia Investama US$ 265 juta, PT Sinar Sosro senilai US$ 87,36 juta, dan perusahaan pelayaran PT Soechi Lines sebesar US$ 65 juta.
PT Bank Mandiri Tbk tercatat menjadi jawara sindikasi sepanjang enam bulan pertama ini. Bank pelat merah ini berpartisipasi sebesar US$ 942,36 juta dalam 10 proyek sindikasi, diantaranya proyek sindikasi kepada Medco Energy Global, Medco Daya Pratama, Ammman Mineral Industri, Jasamarga Pandaan Malang, Ceria Metalindo, Soechi lines, Centratama Telekomunikasi, Bumi Mineral Sulawesi, Dian Swastika Sentosa dan Tunas Baru Lampung.
Namun, capaian tersebut tercatat jauh dari capaian pada periode yang sama tahun sebelumnya. Pada semester I 2021, Bank Mandiri telah berpartisipasi dalam 23 proyek sindikasi dengan total nilai kontribusinya mencapai US$ 2,65 miliar.
PT Bank Negera Indonesia Tbk (BNI) ada di urutan kedua yang berpartisipasi sebesar US$ 434,7 juta di enam proyek. Itu turun signifikan dari capaian di periode yang sama tahun lalu yang mencapai US$ 2,07 miliar.
Baca Juga: BSI Pimpin Pembiayaan Sindikasi Syariah Rp 1,34 T di Proyek Jalan Tol Semarang-Demak
Bank-bank nasional besar lainnya juga mencatatkan penurunan partisipasi dalam kredit sindikasi. PT Bank CIMB Niaga Tbk hanya berpartisipasi di enam proyek dengan nilai US$ 295,16 juta, turun dari US% 373,24 juta.
PT Bank Central Asia Tbk (BCA) berdasarkan data Bloomberg tersebut berpartisipasi di lima proyek sindikasi senilai US$ 289,11 juta, turun dari US$ 329 juta pada semester I tahun lalu.
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) yang paruh pertama tahun lalu sudah berpartisipasi US$ 789,3 juta dalam pembiayaan sindikasi, baru terlibat dalam dua pembiayaan sindikasi tahun ini senilai US$ 289,1 juta. Itu berasal dari perusahaan smelter nikel dan perkebunan.
Meskipun kredit sindikasi barunya turun, Rudi As Aturridha Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri mengatakan tren pemintaan kredit yang diterima perseroan masih cukup tinggi hingga kuartal II.
"Itu seiring perusahaan mulai aktif membangun kembali bisnis pasca mereda-nya pandemi Covid-19," katanya pada Kontan.co.id baru-baru ini.
Menurut Rudi, adanya optimisme pelaku pasar pasca Covid-19 dan pemulihan tingkat konsumsi akan jadi katalis pertumbuhan ekonomi dan permintaan kredit. Sehingga perseroan melihat adanya pipeline besar di pasar sindikasi dengan nilai yang cukup besar dari berbagai sektor.
Adanya peningkatan harga komoditas akan mendorong pipeline sindikasi. Selain itu, pipeline meningkat karena Bank Mandiri juga aktif menjajaki pembiayaan berkelanjutan.
Sementara, Hera F Haryn, EVP Sekretariat dan Komunikasi Perusahaan BCA mengatakan, partisipasi BCA di pembiayaan sindikasi hingga Mei 2022 sudah mencapai US$ 800 juta. Menurutnya, data yang tersaji di Bloomberg belum terupdate.
BCA berkomitmen untuk mendukung pengembangan infrastruktur di Indonesia dengan menyalurkan kredit sindikasi untuk proyek-proyek strategis nasional seperti infrastruktur jalan tol, konstruksi dan kelistrikan.
Baca Juga: Penyaluran Kredit Perbankan per April 2022 Tumbuh 9,1%, Ini Penopangnya
"Kami melihat prospek kredit sindikasi hingga akhir tahun akan lebih baik dari 2021 mengingat banyaknya permintaan untuk refinancing dan permintaan baru," kata Hera.
Hingga saat ini ada beberapa pipeline sindikasi yang ditangani BCA di antaranya dari sektor infrastruktur, properti, agribisnis dan telekomunikasi.
BCA turut berpartisipasi dalam pembiayaan proyek infrastruktur dengan mempertimbangkan faktor risk appetite, posisi likuiditas dan modal serta memilih proyek-proyek yang berpotensi memperkuat bisnis inti BCA.
Adapun BRI masih masih optimis bisa mencatatkan partispasi kredit sindikasi lebih tinggi dari tahun lalu. Sebab, Aestika Oryza Gunarto Sekretaris Perusahaan BRI mengatakan, ada beberapa pipeline yang ditangani perseroan yang sudah mendekati kesepakatan final.
Selain itu, ada juga beberapa potensi sindikasi yang telah dipetakan BRI dan yang sudah masuk dalam pipeline sindikasi BRI diantaranya yakni sektor tambang, downstream agribusiness, petrochemical.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News