kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ketergantungan Warga Terhadap QRIS Semakin Tinggi, Sosialisasi Perlu Dimaksimalkan


Rabu, 09 Oktober 2024 / 10:48 WIB
Ketergantungan Warga Terhadap QRIS Semakin Tinggi, Sosialisasi Perlu Dimaksimalkan
ILUSTRASI. Transaksi digital dengan QRIS. KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Komunitas Pengusaha Tangan di Atas (TDA) 8.0 dan PT Trans Digital Cemerlang (TDC) menyakini masyarakat Indonesia sudah merasakan efisiensi dan keuntungan mengunakan QRIS atau pembayaran digital.

Presiden TDA 8.0 yang juga Direktur Utama PT IDeA Indonesia Akademi Tbk Eko Desriyanto menjelaskan, fenomena demam pembayaran digital yang menjangkiti warga Indonesia saat ini.

Menurut Eko, dunia usaha dan masyarakat tanah air sudah sangat bergantung pada sistem cashless seperti QRIS dan yang lainnya.

Baca Juga: Judi Online Masih Marak, Begini Upaya yang Dilakukan Link Aja

"Pakai QRIS itu cuma modal bawah HP atau gadget, tidak beresiko sepeti bawa-bawa uang cash, bisa hilang, kecopetan. Belum lagi bawa dompet kan ribet, pakai kartu juga sudah semakin jarang karena bisa hilang. Jadi saya menyebutnya warga RI kini demam pembayaran digital," kata Eko dalam keterangannya, Rabu (9/10).

TDA, kata Eko, dalam beberapa waktu belakangan juga gencar melakukan sosialisasi terhadap digital marketing hingga payment terutama terhadap pelaku usaha UMKM di bawah TDA hingga ke daerah.

Salah satunya mengedukasi pengusaha UMKM daerah cara mendaftar dan menggunakan QRIS.

Tak hanya UMKM, Eko juga mengatakan dampak positif dan kemudahan juga terlihat pada pelaku yang bergerak di bidang amal atau filantropi.

"Saat ini kita melihat tak cuma di event-event daerah dan kota besar yang bersifat bussines transaction, tapi juga lembaga amal pakai QRIS dan ini jauh lebih banyak mengundang minat warga. Sekarang orang juga mau parkir selalu bilang ke tukang parkir, kenapa belum pasang QRIS," kata Eko.

Baca Juga: Koneksi Internet Stabil Jadi Kunci Penggunaan QRIS di Indonesia

Lebih lanjut, Eko mengaku TDA terus mendorong dan membuat program khusus soal mengelola digital payment, pembukuan dan tracing transaksi dengan menggandeng perbankan.

TDA juga kerap mengedukasi agar pelaku usaha UMKM bisa melembagakan bisnis berlembaga hukum.

"Karena kini warga lebih percaya pas bayar QRIS yang muncul nama PT atau perusahannya ketimbang nama pribadi," kata Eko.

Kendati demikian Eko memberi catatan khusus soal literasi digital payment yang masih belum merata dan maksimal di Indonesia. Eko berharap ke depan, pemerintah dan perbankan lebih massif sosialisasi soal literasi penggunaan pembayaran digital untuk semua kalangan dan pasar.

"Saya pernah iseng main ke pasar kaget, rata-rata penjual yang sudah berumur bilang masih belum paham soal QRIS dan pembayaran digital karena merasa ribet. Mindset mereka masih cash. Padahal market sekarang yang suka jajan di bawah umur 50, mereka sudah lebih suka cashless," kata Eko.

Baca Juga: Asosiasi dan Perusahaan Digital Dorong Aturan Wajib Digitalisasi Transaksi Pembayaran

"Kalau faktanya gitu potensi loss bussines jadi besar. Sering kali pembeli atau vendor enggak bawa uang, maunya QRIS tapi pelaku belum bisa menyediakan. Jadi literacy soal digital payment harus lebih digencarakan," demikian tambah Eko.



TERBARU

[X]
×