Reporter: Amanda Christabel | Editor: Herlina Kartika Dewi
Bank Sulselbar bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) telah melakukan klasterisasi sampai tingkat kabupaten/kota, untuk memudahkan perbankan dalam hal pemenuhan kebutuhan permodalan bagi para pelaku UMKM. Bank Sulselbar juga bekerjasama dengan fintech untuk percepatan penyaluran kredit kepada pelaku UMKM.
“Bank Sulselbar mengembangan aplikasi digital lending untuk memudahkan akses para calon nasabah untuk mendapatkan fasilitas kredit yang dimiliki oleh Bank Sulselbar. Selain itu, juga menyalurkan bantuan permodalan yang bersumber dari dana CSR, pemberian bantuan permodalan ini ditujukan untuk mengedukasi para pelaku UMKM, khususnya dalam rangka memutus mata rantai rentenir dan untuk tahap awal ini akan diprioritaskan ke sektor unggulan daerah,” jelasnya.
Sebaliknya, PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara, atau Bank Sumut, menyatakan pihaknya merevisi target bisnis khusus kredit ke 4% dari 6,5%. Ini merupakan dampak dari belum pulihnya ekonomi pascapandemi Covid-19. Penurunan bisnis sejalan dengan penurunan laba, akibat turunnya pertumbuhan bisnis.
Bank Sumut mencatatkan laba sebesar Rp 305 miliar hingga Juni 2021. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 369,52 miliar, laba Bank Sumut terkontraksi 17,46%.
Baca Juga: BPD Jawa Barat (BJBR) Mampu Bertahan di Tahun Pandemi
Meskipun demikian, aset Bank Sumut meningkat 15,9% yoy menjadi Rp 39,1 triliun. Dana pihak ketiga (DPK) tercatat Rp 32,2 triliun atau meningkat sebesar 17% yoy, dan sektor penyaluran kredit tercatat membaik dengan peningkatan sebesar 3% yoy menjadi Rp 24,3 triliun jika dibandingkan posisi Juni 2020 sebesar Rp 23,6 triliun.
“Strategi Bank Sumut untuk tetap tumbuh di antaranya fokus pada penyaluran kredit-kredit program pemerintah, dan kredit yang menjadi core bisnis seperti kredit multiguna (KMG). Selain itu, Bank Sumut juga melakukan ekspansi penyaluran kredit dengan mengutamakan debitur existing, namun tetap memerhatikan prinsip kehati-hatian,” ujar Sekretaris Perusahaan Bank Sumut, Syahdan Siregar , Selasa (10/8).
Selain Bank Sumut, ada pula PT Bank Pembangunan Daerah Banten atau Bank Banten yang bernasib serupa. Berdasarkan laporan keuangan Bank Banten per Juni 2021, perseroan justru membukukan rugi bersih Rp 101,67 miliar. Sedangkan pada periode yang sama tahun lalu, Bank Banten membukukan rugi bersih Rp 99,98 miliar.
“Proyeksi kami masih sesuai dengan rencana bisnis bank (RBB), tetap mau tumbuh 60% dengan kualitas yang prima. Kemudian penopang terbesarnya adalah kredit ASN dan pensiunan, juga ekosistem yang ada di pemerintah daerah, termasuk yang berbasis APBD,” ujar Direktur Utama Bank Banten, Agus Syabarrudin, Kamis (12/8).
Selanjutnya: Kredit tumbuh tinggi kalahkan industri, pangsa pasar BPD meningkat di wilayah asalnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News