Reporter: Amanda Christabel | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Data Statistik Perbankan Indonesia (SPI) menyatakan, laba bank pembangunan daerah (BPD) tercatat sebesar Rp 5,48 triliun per Mei 2021 yang mengindikasikan pertumbuhan sebesar 12,08% secara year on year (yoy).
Sementara itu, di periode yang sama laba bank umum justru turun 1,87% yoy. Laba bank persero tercatat naik 3,31% yoy, bank swasta nasional tumbuh 4,07% yoy, dan bank asing turun 66,34% yoy. Data ini menunjukkan kinerja BPD masih ciamik di paruh pertama 2021.
PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan dan Barat, atau Bank Sulselbar, mencatatkan kenaikan laba bersih sebesar 42,4% pada semester pertama tahun 2021. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2020, menjadi sebesar Rp 373,21 miliar dari sebelumnya Rp 262,02 miliar.
Pertumbuhan tersebut salah satunya ditopang oleh penyaluran kredit, yakni pada semester I 2021 Bank Sulselbar tercatat menyalurkan kredit senilai Rp 19,33 triliun atau tumbuh 7% year to date (ytd).
Direktur Utama Bank Sulselbar Amri Mauraga menguraikan, Bank Sulselbar memiliki captive market yang sangat besar di segmen kredit konsumtif dan merupakan penopang utama dalam rangka percepatan pemulihan ekonomi nasional.
Baca Juga: Bank Sulselbar dorong pertumbuhan kredit hingga 9% sampai akhir tahun 2021
“Di mana dengan meningkatnya kredit konsumtif, maka secara tidak langsung akan menggerakkan perekonomian khususnya di sektor riil,” tambahnya.
Target pertumbuhan kredit terbesar diproyeksikan akan berada di segmen kredit produktif (Kredit Investasi dan Kredit Modal Kerja), dengan proyeksi pertumbuhan kredit produktif sebesar 17,5% dari tahun 2020. Sedangkan untuk kredit konsumtif ditargetkan tumbuh sebesar 5,5%.
Amri bilang, sehingga secara total portofolio kredit ditargetkan tetap mengalami tren positif pertumbuhan di angka 8-9%.
“Proyeksi pertumbuhan target hingga akhir 2021 diprediksi akan mengalami tren peningkatan yang positif dibandingkan tahun lalu. Tahun 2020 Bank Sulselbar mengalami pertumbuhan sebesar 6% yoy, sedangkan untuk tahun 2021 diproyeksikan akan mengalami pertumbuhan sebesar 8-9% yoy dari tahun 2020,” ujar Amri kepada Kontan.co.id, Selasa (10/8).
Strategi yang dilakukan Bank Sulselbar untuk mendongkrak penyaluran kredit adalah dengan melakukan penurunan suku bunga kredit, baik untuk kredit produktif maupun kredit konsumtif.
Bank Sulselbar juga meningkatkan penyaluran kredit ke segmen usaha mikro kecil menengah (UMKM), dengan menjalin kerjasama dan pola kemitraan dengan beberapa pihak.
“Bank Sulselbar telah memiliki sentra UMKM yang salah satu fungsi dan tujuannya adalah turut berperan serta dalam peningkatan Capacity Building dari para pelaku UMKM, sehingga dapat meningkatkan baik dari segi kualitas maupun dari sisi produktivitasnya agar dapat meningkatkan daya saing UMKM. Bank Sulselbar akan membentuk lima kantor cabang khusus untuk UMKM,” jelas Amri.
Bank Sulselbar bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) telah melakukan klasterisasi sampai tingkat kabupaten/kota, untuk memudahkan perbankan dalam hal pemenuhan kebutuhan permodalan bagi para pelaku UMKM. Bank Sulselbar juga bekerjasama dengan fintech untuk percepatan penyaluran kredit kepada pelaku UMKM.
“Bank Sulselbar mengembangan aplikasi digital lending untuk memudahkan akses para calon nasabah untuk mendapatkan fasilitas kredit yang dimiliki oleh Bank Sulselbar. Selain itu, juga menyalurkan bantuan permodalan yang bersumber dari dana CSR, pemberian bantuan permodalan ini ditujukan untuk mengedukasi para pelaku UMKM, khususnya dalam rangka memutus mata rantai rentenir dan untuk tahap awal ini akan diprioritaskan ke sektor unggulan daerah,” jelasnya.
Sebaliknya, PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara, atau Bank Sumut, menyatakan pihaknya merevisi target bisnis khusus kredit ke 4% dari 6,5%. Ini merupakan dampak dari belum pulihnya ekonomi pascapandemi Covid-19. Penurunan bisnis sejalan dengan penurunan laba, akibat turunnya pertumbuhan bisnis.
Bank Sumut mencatatkan laba sebesar Rp 305 miliar hingga Juni 2021. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 369,52 miliar, laba Bank Sumut terkontraksi 17,46%.
Baca Juga: BPD Jawa Barat (BJBR) Mampu Bertahan di Tahun Pandemi
Meskipun demikian, aset Bank Sumut meningkat 15,9% yoy menjadi Rp 39,1 triliun. Dana pihak ketiga (DPK) tercatat Rp 32,2 triliun atau meningkat sebesar 17% yoy, dan sektor penyaluran kredit tercatat membaik dengan peningkatan sebesar 3% yoy menjadi Rp 24,3 triliun jika dibandingkan posisi Juni 2020 sebesar Rp 23,6 triliun.
“Strategi Bank Sumut untuk tetap tumbuh di antaranya fokus pada penyaluran kredit-kredit program pemerintah, dan kredit yang menjadi core bisnis seperti kredit multiguna (KMG). Selain itu, Bank Sumut juga melakukan ekspansi penyaluran kredit dengan mengutamakan debitur existing, namun tetap memerhatikan prinsip kehati-hatian,” ujar Sekretaris Perusahaan Bank Sumut, Syahdan Siregar , Selasa (10/8).
Selain Bank Sumut, ada pula PT Bank Pembangunan Daerah Banten atau Bank Banten yang bernasib serupa. Berdasarkan laporan keuangan Bank Banten per Juni 2021, perseroan justru membukukan rugi bersih Rp 101,67 miliar. Sedangkan pada periode yang sama tahun lalu, Bank Banten membukukan rugi bersih Rp 99,98 miliar.
“Proyeksi kami masih sesuai dengan rencana bisnis bank (RBB), tetap mau tumbuh 60% dengan kualitas yang prima. Kemudian penopang terbesarnya adalah kredit ASN dan pensiunan, juga ekosistem yang ada di pemerintah daerah, termasuk yang berbasis APBD,” ujar Direktur Utama Bank Banten, Agus Syabarrudin, Kamis (12/8).
Selanjutnya: Kredit tumbuh tinggi kalahkan industri, pangsa pasar BPD meningkat di wilayah asalnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News