Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan kinerja bank syariah jauh melampaui performa bank industri perbankan di paruh pertama 2021. Bank umum syariah (BUS) dan unit usaha syariah (UUS) masih optimistis bisnis melaju kencang hingga penghujung tahun.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), perbankan konvensional mencatatkan pertumbuhan aset 8,54% year on year (yoy) dengan pertumbuhan kredit 0,48% yoy per Juni 2021. Sedangkan aset bank syariah beserta UUS melesat 15,87% dengan pertumbuhan pembiayaan di level 7,25% yoy.
Direktur Bank Permata Syariah Herwin Bustaman mengatakan hal ini tak terlepas dari masih pangsa pasar syariah masih sekitar 6% terhadap industri perbankan. Sehingga, bank syariah maupun UUS mampu leluasa menggarap segmennya.
Faktor berikutnya, ada konversi perbankan konvensional menjadi syariah sesuai ketentuan Qonun Aceh yang akan terus berlangsung hingga Desember 2021. Tidak adanya keberangkatan haji turut membantu pertumbuhan total aset perbankan syariah.
“Dengan semakin jelasnya segmentasi antara BUS dan UUS, serta adanya BUS yang termasuk dalam 7 bank terbesar di Indonesia, kami optimistis ke depannya perbankan syariah akan terus tumbuh lebih pesat dibandingkan konvensional,” ujar Herwin kepada Kontan.co.id, Jumat (10/9).
Baca Juga: Bank syariah berebut nasabah baru via layanan mobile banking
Herwin memproyeksi pembiayaan PermataBank Syariah bisa tumbuh dobel digit sepanjang 2021. Fokusnya pada pembiayaan korporasi dari BUMN dan ritel melalui KPR iB.
Guna mendukung pembiayaan tersebut, Herwin bilang dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 11% secara year on year (yoy). Pertumbuhan pembiayaan dan DPK tersebut membuat total aset UUS Bank Permata naik 5% yoy.
Asal tahu saja, UUS Bank Permata berhasil menyalurkan pembiayaan Rp 15,50 triliun per Juni 2021. Nilai itu tumbuh 8,32% yoy dibandingkan Juni 2020 senilai Rp 14,31 triliun.
Hingga Juni 2021, laba UUS Bank Permata tercatat senilai Rp 268,62 miliar. Nilai itu tumbuh 18,93% yoy dari periode yang sama tahun lalu senilai Rp 225,86 miliar di Juni 2020.
Direktur BCA Syariah Rickyadi Widjaja bilang penurunan kinerja BUS dan UUS akibat pandemi tak separah bank konvensional. Ketika terjadi pemulihan ekonomi, perbankan syariah bisa lebih kencang memacu bisnis.
“Secara angka absolut, perbankan syariah masih 6% pangsa pasarnya, jauh dibandingkan konvensional. Jika ada pembiayaan kinerja sedikit, naiknya terlihat besar, karena basisnya masih kecil,” paparnya.
BCA Syariah bakal mengejar pertumbuhan aset 5% hingga 10% sepanjang 2021. Rickyadi menyatakan, pertumbuhan aset itu akan diperoleh dari penyaluran pembiayaan dan penempatan dana bank di surat berharga.
Ia melihat sektor pembiayaan yang masih bisa diandalkan dari industri perkebunan dan sawit seiring kenaikan harga CPO. Lalu pembiayaan kepada multifinance, logistik dan transportasi, farmasi, makanan dan minuman, hingga industri kertas dan tisu.
Pertumbuhan aset lebih tinggi dari pembiayaan, karena kita tetap kumpulkan Dana Pihak Ketiga (DPK). Kami utamanya, di dana murah current account and saving account (CASA). Kalau kami tidak bisa berikan ke pembiayaan, kami berikan ke secondary reserve seperti SBNS dan sukuk,” jelasnya,
Ia melihat pertumbuhan laba akan mengikuti pertumbuhan pembiayaan. Lantaran bank BUKU II hanya bisa mengandalkan bisnis pembiayaan. Sedangkan pendapatan berbasis komisi lebih dominan diperoleh oleh bank BUKU IV.
Baca Juga: Bank Syariah Indonesia (BSI) catatkan kinerja positif di semester I-2021
Direktur Eksekutif Komite Nasional Keuangan Syari'ah (KNKS) Ventje Rahardjo bilang model bisnis perbankan syariah memberikan keuntungan bagi nasabah umum dan pelaku usaha. Skema penawaran bisnis itu mengedepankan risk sharing tentu memberikan keseimbangan di neraca bank.
Sektor perbankan syariah perlu terus melakukan perbaikan untuk meningkatkan kinerja, terutama yang perlu menjadi perhatian adalah melakukan digitalisasi yang lebih masif dan menjangkau banyak kalangan, serta inovasi produk dan layanan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat.
“Sektor perbankan syariah perlu terus melakukan perbaikan untuk meningkatkan kinerja, terutama yang perlu menjadi perhatian adalah melakukan digitalisasi yang lebih masif dan menjangkau banyak kalangan, serta inovasi produk dan layanan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat,” katanya.
Selanjutnya: Memberi edukasi dan literasi keuangan syariah untuk UMKM dan santri
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News