Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja sejumlah bank daerah tampak membaik hingga semester I-2025, khususnya bank daerah di Pulau Jawa. Mayoritas mencatatkan peningkatan laba pada periode enam bulan pertama tahun 2025.
Ambil contoh, PT Bank Banten (BEKS) yang mencatatkan lonjakan kinerja laba bersih sebesar 76,86% secara tahunan atau year on year (yoy) mencapai Rp 6,3 miliar pada semester I-2025. Sebagai perbandingan, pada periode sama tahun sebelumnya labanya mencapai Rp 3,56 miliar.
Hal ini didorong oleh pendapatan bunga bersihnya yang ikut meningkat 17,33% menjadi Rp 96,96 miliar dari periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 82,64 miliar.
Direktur Bisnis Bank Banten Bambang Widayatmoko mengatakan, faktor pendorong paling dominan adalah meningkatnya kepercayaan masyarakat atas Bank Banten yang didorong dan selalu mendapat dukungan kuat dari Pemprov Banten atas meningkatnya exposure Bank Banten pada masa sekarang dan masa datang.
"Hal ini juga berpengaruh langsung atas meningkatnya exposure Dana Pihak Ketiga, baik giro, tabungan dan deposito sehingga kami dapat meningkatkan penyaluran jumlah kredit yang sesuai kebijakan Bisnis Bank Banten di Tahun 2025," kata Bambang kepada Kontan.co.id, Kamis (14/8/2025).
Lebih lanjut Bambang menuturkan, tahun 2025 ini Bank Banten berfokus pada kredit ASN yang gajinya dikelola Bank Banten serta kredit modal kerja konstruksi khusus untuk proyek-proyek yang sumber pembayarannya berasal dari APBD yang RKUD-nya sudah dikelola Bank Banten seperti, Provinsi Banten, Kabupaten Lebak dan Kota Serang.
Baca Juga: Jurus Sejumlah BPD Dalam Menangkal Serangan Siber dan Melindungi Data Nasabah
"Meski demikian kami tidak menutup untuk Kredit lainnya sepanjang Feasible & Bankable meskipun bukan prioritas," sambungnya.
Sebagai gambaran, pada semester I-2025 ini Bank Banten berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp 4,16 triliun atau meningkat 14,60% yoy. Sementara, dana pihak ketiga (DPK) juga tumbuh lebih dari Rp1,25 triliun, dari Rp 4,64 triliun menjadi Rp 5,89 triliun.
Pihaknya pun optimis pada semester kedua dapat mempertahankan dan meningkatkan kinerja Bank Banten dengan dukungan seluruh stakeholder Bank Banten dimana pada semester I ini pihaknya dapat menjalin kerjasama bisnis yang lebih intensif pada beberapa Pemerintah Kabupaten atau Pemerintah Kota berupa penyaluran kredit kepada ASN P3K yang diharapkan meningkat cukup signifikan.
"Kami terus melakukan analisa, evaluasi dan review lebih lanjut atas proyeksi kinerja pada Semester kedua dan selanjutnya," katanya.
Adapun sebagai Bank BPD nya Provinsi Banten tentunya fokus segmen BEKS adalah pengelolaan RKUD yang lebih baik dan peningkatan bisnis yang terkait termasuk penyaluran kredit kepada ASN dan fee base income yang berasal dari penggunaan produk Mobile Banking dan jasa layanan perbankan perusahaan.
Peningkatan laba juga terjadi pada PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah (Bank Jateng), dimana pada semester I-2025 labanya meningkat 28,56% menjadi Rp 732,1 miliar.
Baca Juga: Strategi Bank Jatim Genjot Dana Pihak Ketiga (DPK)
Mengutip laporan keuangannya, capaian laba tersebut ditopang oleh pendapatan bunga bersih sebesar Rp 2,35 triliun, naik 2,48% yoy. Pendapatan komisi perseroan juga tumbuh 14,94% yoy menjadi Rp 169,32 miliar, sementara beban pencadangan alias impairment menurun 37,09% yoy menjadi Rp260,94 miliar.
PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) turut melengkapi meningkatnya kinerja bank-bank daerah di periode ini. Bank berkode saham BJTM ini mencatatkan peningkatan laba sekitar 13,26% yoy menjadi Rp 703 miliar.
Sama halnya dengan bank Jatim, Bank Jatim meraup pendapatan bunga sebesar Rp 4,17 triliun, atau meningkat 10,32% dibandingkan Rp 3,78 triliun di periode sama tahun sebelumnya. Dengan beban bunga yang hanya tumbuh tipis 0,82%, atau menjadi Rp 1,23 triliun, pendapatan bunga bersih bank ini tercatat mencapai Rp 1,94 triliun. Angka itu meningkat 14,39% secara tahunan.
Plt. Direktur Utama Bank Jatim Arif Suhirman mengatakan, ada sejumlah faktor yang membuat Bank Jatim menorehkan raihan positif. Pertama, memfokuskan kembali kinerja kualitas aset. Perseroan memperbaiki struktur aset dan liabilities dengan penyaluran kredit yang lebih selektif, penyelesaian pinjaman yang optimal termasuk pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang sustainable.
Kedua, mengintegrasikan seluruh elemen bisnis, termasuk pemerintah daerah, UMKM, dan masyarakat ke dalam ekosistem digital yang terkait dan berkelanjutan. Ketiga, penerbitan obligasi yang merupakan aksi korporasi untuk mendukung ekspansi bisnis dan mengantisipasi pengetatan likuiditas.
Ketiga strategi itu menjadi bagian rencana strategis perseroan mewujudkan ambisi menjadi BPD nomor satu di Indonesia.
Baca Juga: Transaksi Kartu Kredit Pemerintah Daerah di BPD DIY Capai Rp 1,3 Miliar per Mei 2025
Arif menambahkan, perseroan juga sudah menyiapkan sejumlah strategi untuk menghadapi tantangan di semester II 2025. Di antaranya dengan tetap berorientasi pada pertumbuhan yang fokus pada kualitas, meningkatkan efisiensi, dan menggali potensi pendapatan baru.
”Kami akan terus bekerja keras untuk mencapai target yang telah ditetapkan dan memberikan nilai tambah bagi seluruh pemangku kepentingan,” pungkasnya.
Adapun PT Bank BPD DIY mencatatkan kinerja yang positif meski tekanan ekonomi global masih membayangi sektor perbankan nasional. Laba bersih mencapai Rp 198,46 miliar pada semester I-2025, meningkat 0,03% yoy.
Capaian itu ditopang, pendapatan bunga bersihnya yang turut meningkat 5,11% yoy menjadi Rp 591,81 miliar pada semester I-2025.
Santoso Rohmad, Direktur Utama Bank BPD DIY mengatakan, untuk proyeksi laba di tahun ini tetap optimis sesuai dengan target RBB tahun 2025 yakni sebesar Rp 425,300 miliar.
"Efisiensi atas biaya tetap menjadi komitmen bersama, selain terus menjaga kualitas aset produktif agar biaya CKPN terkendali," ungkap Santoso.
Selain itu, pihaknya juga berupaya menjaga Cost of Fund dengan fokus pada penghimpunan dana murah (CASA), optimalisasi transaksi nasabah melalui Layanan Digital untuk menekan biaya operasional. Melalui optimalisasi pendapatan & efisiensi biaya secara terukur, rasio BOPO dapat terjaga dengan optimal.
Untuk kredit juga diproyeksikan tetap optimis sesuai dengan target RBB 2025 yaitu sebesar Rp 12,418 triliun. Bank BPD DIY tetap berupaya untuk mencapai penyaluran kredit sesuai dengan target yang telah ditetapkan, salah satunya dengan melakukan pemasaran dan sosialisasi aktif dan massif pada produk produktif dan konsumtif.
Segmen yang terus menjadi fokus Bank BPD DIY di tahun ini juga masih di sektor UMKM dan sektor unggulan (penyedia akomodasi, perdagangan, pendidikan). Bank BPD DIY optimis penyaluran kredit UMKM BPD DIY tetap tumbuh. Hal ini karena wilayah Yogyakarta masih menjadi daerah tujuan wisata dan sebagai kota Pendidikan.
Adapun DPK Tahun 2025 diproyeksikan tetap optimis sesuai dengan RBB 2025 sebesar Rp 15,006 triliun.
Santoso menambahkan, Bank BPD DIY tetap berupaya untuk mencapai target yang telah ditetapkan salah satunya dengan melakukan diversifikasi sumber pendanaan dengan memperluas basis DPK, baik ritel maupun korporasi.
Penghimpunan dana melalui penguatan ekosistem digital sekolah, peningkatan akuisisi merchant QRIS, optimalisasi kerjasama dengan BUMD serta melakukan promo pembukaan rekening tabungan.
Baca Juga: Bank Banten Catat Realisasi Transaksi Kartu Kredit BPD Rp 219 Juta per Mei 2025
Dalam menggenjot kinerja, Bank BPD DIY menerapkan beberapa strategi, seperti aktif melakukan penyesuaian produk agar adaptable terhadap kebutuhan pasar sehingga kompetitif dan sustain, melakukan promosi secara masif baik melalui media maupun pemasaran langsung. Melakukan pemasaran yang lebih intensif dengan program-program yang menarik dan kreatif.
Di sisi lain, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten atau Bank BJB mengantongi laba bersih secara konsolidasi sebesar Rp 712,07 miliar sepanjang semester I-2025. Laba ini turun 7,63% dari periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 770,92 miliar.
Mengutip laporan keuangan perseroan, penurunan laba ini dipicu kenaikan beban operasional perseroan. Lebih rinci, beban tenaga kerja naik 12,89% menjadi Rp 1,57 triliun di Juni 2025. Beban lainnya juga ikut melonjak 16,86% menjadi Rp 1,71 triliun.
Kerugian penurunan aset keuangannya juga melonjak 49,43% menjadi Rp 459,63 miliar. Peningkatan beban operasional ini, turut mendorong rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional yang naik menjadi 93,41%.
Meski demikian, pendapatan bunga bersih Bank BJB tetap tumbuh 9,91% dari Rp3,28 triliun di Juni 2024 menjadi Rp 3,61 triliun pada Juni 2025.
Baca Juga: Rasio Dividen yang Tinggi Menjadi Daya Tarik Saham Bank Daerah
Selanjutnya: Ritel Hadapi ‘Rojali’ dan ‘Rohana’, APPBI Punya Strategi Dongkrak Transaksi
Menarik Dibaca: 4 Cara Memilih Face Oil Sesuai Jenis Kulit, Jangan Asal Pilih!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News