Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja industri multifinance belum sepenuhnya pulih. Hal ini seiring penurunan pembiayaan industri pada tiga bulan pertama tahun 2021.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Piutang perusahaan pembiayaan pada Maret 2021 masih terkontraksi sebesar 19,6 persen yoy. Sedangkan, rasio NPF perusahaan pembiayaan Maret 2021 turun menjadi 3,7% dari Februari sebesar 3,9%.
Begitu pun gearing ratio perusahaan pembiayaan yang sebesar 2,03%, jauh di bawah batas maksimum 10%.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno menyebut, penurunan tersebut terjadi karena kondisi ekonomi dan daya beli masyarakat belum pulih akibat pandemi.
Alhasil, penurunan bisnis terjadi merata di semua lini usaha mulai dari pembiayaan investasi, multiguna, modal kerja dan syariah. Meski demikian, pembiayaan modal kerja justru mencatatkan perbaikan kinerja dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.
Baca Juga: Perusahaan pembiayaan atau multifinance Berlomba Kembangkan Aplikasi Digital
"Kami memperkirakan pembiayaan akan kembali membaik pada semester I 2021. Diperkirakan sampai akhir tahun, bisnis pembiayaan bisa tumbuh sekitar 5%. Namun itu semua harus didukung oleh pemulihan ekonomi, permintaan kendaraan bermotor, kebijakan stimulus dari pemerintah serta pemerataan program vaksinasi," kata Suwandi, Kamis (29/4).
Kendati demikian, sejumlah perusahaan multifinance masih optimistis bisnis pembiayaan bisa membaik seiring pemulihan ekonomi. BCA Finance misalnya membidik pembiayaan tahun ini mencapai Rp 30 triliun. Nilai itu naik dibandingkan realisasi tahun sebelumnya sebesar Rp 15,5 triliun.
Per Maret 2021, perusahaan mencatatkan pembiayaan Rp 2,35 triliun. Dari realisasi itu, pembiayaan mobil baru masih berkontribusi besar yakni 70% dari total portofolio. Sisanya dari pembiayaan mobil bekas.
"Realisasi pembiayaan di bulan Maret relatif meningkat jika dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya, dimana realisasi pembiayaan bulan Maret di BCA meningkat 70% dibandingkan bulan Februari. Kami berharap setidaknya pembiayaan April ini, angkanya harus bisa sama dengan Maret," kata Direktur Utama BCA Finance Roni Haslim.
Ia menyebut, efek kebijakan PPnBM sebenarnya sudah terlihat dengan meningkatnya aplikasi pembiayaan mobil, namun masih terkendala dengan terbatasnya stok kendaraan di dealer sehingga realisasinya masih menunggu waktu.
Menurutnya, berjalannya kebijakan PPnBM ini menjadi salah sati stimulus yang dapat meningkatkan penjualan mobil baru khususnya dan juga kinerja industri pembiayaan jika diimbangi dengan produksi yang mencukupi dari produsen kendaraan.
Faktor cepat atau lambatnya pemulihan ekonomi tentunya menjadi faktor kunci bagaimana pencapaian kinerja pembiayaan di tahun ini.
Baca Juga: Penyaluran pembiayaan BCA Finance di kuartal I-2021 turun 32,5%
"Secara umum di tengah situasi pemulihan pasca krisis ini tentunya masing-masing perusahaan pembiayaan harus berusaha meningkatkan competitiveness-nya untuk dapat memenangkan persaingan bisnis, melakukan perubahan-perubahan untuk menyesuaikan dengan perubahan perilaku masyarakat, dan tentunya tetap mengedepankan kehati-hatian karena saat ini faktor risiko masih cukup tinggi," ungkap Roni.
Sementara itu, PT Indomobil Finance Indonesia (IMFI) mengatakan, pembiayaan per bulan menunjukkan peningkatan.
"Tetapi bila dibandingkan kuartal pertama 2021 dengan kuartal I 2020 masih mengalami penurunan. Dikarenakan pada tahun lalu masih dalam keadaan normal dan belum memasuki masa pandemi," kata Gunawan Effendi Chief Executive Officer (CEO) PT Indomobil Finance Indonesia (IMFI).
Gunawan menyebut, relaksasi PPnBM membuat adanya peningkatan permintaan, walaupun ini bukanlah satu-satunya faktor yang membuat konsumen membeli kendaraan dan mengajukan pembiayaan.
"Pembebasan PPnBM 100% selama 3 bulan terlalu singkat bagi pabrikan untuk meningkatkan produksinya secara signifikan, belum lagi sudah ada stock kendaraan di showroom yang PPnBM nya sudah dibayarkan sebelumnya," sambung Gunawan.
Kendati demikian, menurut Gunawan tetap saja ada pengurangan harga jual dibandingkan periode sebelumnya sehingga membuat animo konsumen membeli kendaraan meningkat.
PT Mandiri Utama Finance (MUF) juga masih optimistis bisnis pembiayaan bisa membaik seiring pemulihan ekonomi. Hingga kuartal I 2021 MUF berhasil merealisasikan pembiayaan dengan total Rp 2,2 triliun. Hal tersebut meningkat 10% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Direktur Utama PT Mandiri Utama Finance (MUF) Stanley Setia Atmadja mengatakan, efek PPnBM sudah terlihat dari total SPK/aplikasi yang masuk, hanya saja kata Stanley realisasi hanya 50%-60% karena masalah supply yang tidak cukup.
"Kebijakan PPnBM akan sangat berdampak positif untuk permintaan mobil dan pembiayaan," katanya.
Baca Juga: Pembiayaan alat berat di sektor multifinance mengalami peningkatan
Untuk meningkatkan pembiayaan, MUF selalu melakukan penambahan jumlah dealer atau showroom yang bekerja sama dengan MUF secara nasional.
Selain itu, mempromosikan Digital Marketing melalui MUF On Line Auto Show/MOAS secara nasional, dan bekerja sama dengan Bank Mandiri serta BSI untuk menggarap pasar captive.
Sementara itu, PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) telah membukukan pertumbuhan pembiayaan di kuartal I 2021. Penyaluran pembiayaan baru (booking) BFI tercatat meningkat 35,3% sebesar Rp 2,93 triliun dibandingkan booking pada kuartal IV 2020.
Peningkatan nilai ini turut mengerek kenaikan laba bersih sebesar 26,8% menjadi Rp 230 miliar dibandingkan triwulan akhir 2020.
Meskipun BFI Finance sudah membuka semua lini produk pembiayaannya, multifinance ini tetap menerapkan prinsip kehati-hatian mengingat perekonomian belum sepenuhnya stabil.
Dian Ariffahmi, Corporate Communication Head PT BFI Finance Indonesia Tbk mengatakan, bagi BFI Finance tidak ada dampak yang signifikan atas kebijakan PPnBM ini karena segmen yang menjadi porsi pembiayaan terbesar BFI Finance adalah kendaraan bekas.
Dian menyebut, pembiayaan mobil bekas BFI Finance memiliki pasar tersendiri, dengan jenis mobil tertentu yang masih diminati. Terutama, mobil-mobil keluaran lama yang dahulu sudah terkena PPnBM 10-20 persen dari dasar pengenaan pajak atau harga beli diler dari pabrikan.
"Segmen mobil baru dan mobil bekas akan sama-sama naik, apabila kondisi ekonomi dan kepercayaan publik soal meredanya pandemi terus membaik," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News