Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Anna Suci Perwitasari
PT Bank Central Asia Tbk sebelumnya melaporkan membukukan laba bersih Rp 8,06 triliun atau tumbuh 14,56% secara YoY. Bahkan capaian itu sudah lebih tinggi 22,1% dari laba bersih perseroan kuartal I 2020 sebesar Rp 6,6 triliun.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, peningkatan laba bersih itu didukung oleh pertumbuhan bisnis, antara lain peningkatan aktivitas kredit, transaksi, dan penghimpunan dana murah.
Dia optimis pertumbuhan kredit ke depan akan semakin membaik setelah pada kuartal I perseroan mencatat kenaikan 8,6%.
"Tren pertumbuhan kredit ke depan akan semakin meningkat seiring dengan vaksinasi yang semakin merata, gejala Omicron yang lebih ringan, dibukanya kembali sektor pariwisata. Kita berharap ekonomi daerah-daerah wisata bisa kembali meningkat," ujarnya.
BCA melihat permintaan kredit sektor-sektor perkebunan, pertambangan dan telekomunikasi sudah cukup bagus. Bank ini berharap pemerintah bisa segara masuk kembali ke proyek infrastruktur sehingga permintaan kredit dari sektor itu kembali meningkat.
Baca Juga: Ini Penopang Kredit BCA Tumbuh 8,6% di Kuartal I-2022
Kendati begitu, Jahja menekankan ada tantangan yang harus dicermati yakni kenaikan harga bahan baku dan juga biaya logistik. Kedua hal ini akan mendorong peningkatan harga, sementara daya beli masyarakat belum sepenuhnya pulih.
PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) mencatatkan kenaikan laba bersih 23,8% YoY jadi Rp 774 miliar. Itu sudah melampaui capaian di kuartal I 2020 sebesar Rp 457 miliar maupun dari triwulan pertama 2019 sebesar Rp 723 miliar.
Sementara kredit bank ini tumbuh 6,04%. Haru Koesmahargyo, Direktur Utama BTN, oprimistis kredit 9%-11% sampai akhir tahun masih bisa dicapai.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News