Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja perbankan di kuartal I 2022 cukup menggembirakan. Itu bukan hanya dilihat dari pertumbuhan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu saja, tetapi dari kondisi sebelum pandemi Covid-19. Capaian laba sejumlah perbankan di tiga bulan pertama sudah melampaui kuartal I-2020.
Laba perbankan memang cukup wajar tumbuh tinggi kalau dibandingkan secara year on year (YoY). Maklum, basis pembandingnya sangat rendah karena karena pada periode kuartal I 2021 kinerja bank mengalami penurunan tajam akibat dampak Covid-19.
Namun, jika sudah melampaui kondisi sebelum pandemi maka kinerja tersebut sudah sangat menggembirakan mengingat pandemi Covid-19 belum sepenuhnya berakhirnya.
Lihat saja, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI). Laba bersihnya secara konsolidasi di tiga bulan pertama tahun ini atau laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan ke entitas induk mencapai Rp 12,16 triliun. Itu melonjak 78,23% dari kuartal I 2020 yang tercatat 6,82 triliun.
Sementara dibandingkan ke kuartal I-2020, di saat efek pandemi belum ada, laba bersih BRI tersebut sudah lebih tinggi 48,8%. Pada periode itu, net profit BRI hanya Rp 8,17 triliun.
Baca Juga: Bank BRI (BBRI) Raup Laba Bersih Rp 12,16 Triliun Kuartal I 2022, Tumbuh 78% yoy
Sunarso Direktur Utama BRI mengatakan, kinerja cemerlang ini seiring dengan pemulihan ekonomi nasional dan menggeliatnya para pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang menjadi core bisnis BRI.
Dengan melihat perkembangan kinerja yang cukup menggembirakan di kuartal I, BRI optimis bisa menorehkan kinerja sepanjang tahun ini lebih baik dari kinerja sebelum pandemi Covid-19.
"Tahun ini, BRI optimis bisa mencatat kinerja melampaui kondisi sebelum pandemi diiringi," kata Sunarso Direktur Utama BRI dalam paparan kinerja kuartal I-2022 secara virtual, Senin (25/4).
Selain karena kinerja kuartal I yang cukup solid, optimisme itu juga didorong oleh manajemen resiko yang baik yang diterapkan BRI dalam menghadapi ketidakpastian global dan peningkatan rasio dana murah perseroan.
BRI juga mencatat kredit tumbuh 7,4% terutama ditopang oleh segmen UMKM. Meski kredit baru tumbuh satu digit, pendapatan bunga bersih bank ini meningkat 20% YoY jadi Rp 30,68 triliun. Hal ini tak lepas dari mulai banyaknya debitur restrukturisasi Covid-19 di BRI yang mulai bangkit.
Per Maret 2022, outstanding restrukturisasi Covid-19 di BRI sudah turun jadi Rp 144,27 triliun dari total kredit yang direstrukturisasi sejka Covid-19 sebesar Rp 248,02 triliun. Selain itu, pendapatan fee dan komisi BRI juga naik 9,2% jadi Rp 4,27 triliun.
Tahun ini, meskipun tantangan ekonomi terutama dari global masih besar, BRI optimis target kredit tumbuh 9%-11% masih dapat dicapai karena likuiditas dan permodalan perseroan masih sangat baik. Loan to deposit ratio (LDR) perseroan secara bank only tercatat 86,9% dan Capital Adequacy Ratio (CAR) mencapai 24,61%.
PT Bank Central Asia Tbk sebelumnya melaporkan membukukan laba bersih Rp 8,06 triliun atau tumbuh 14,56% secara YoY. Bahkan capaian itu sudah lebih tinggi 22,1% dari laba bersih perseroan kuartal I 2020 sebesar Rp 6,6 triliun.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, peningkatan laba bersih itu didukung oleh pertumbuhan bisnis, antara lain peningkatan aktivitas kredit, transaksi, dan penghimpunan dana murah.
Dia optimis pertumbuhan kredit ke depan akan semakin membaik setelah pada kuartal I perseroan mencatat kenaikan 8,6%.
"Tren pertumbuhan kredit ke depan akan semakin meningkat seiring dengan vaksinasi yang semakin merata, gejala Omicron yang lebih ringan, dibukanya kembali sektor pariwisata. Kita berharap ekonomi daerah-daerah wisata bisa kembali meningkat," ujarnya.
BCA melihat permintaan kredit sektor-sektor perkebunan, pertambangan dan telekomunikasi sudah cukup bagus. Bank ini berharap pemerintah bisa segara masuk kembali ke proyek infrastruktur sehingga permintaan kredit dari sektor itu kembali meningkat.
Baca Juga: Ini Penopang Kredit BCA Tumbuh 8,6% di Kuartal I-2022
Kendati begitu, Jahja menekankan ada tantangan yang harus dicermati yakni kenaikan harga bahan baku dan juga biaya logistik. Kedua hal ini akan mendorong peningkatan harga, sementara daya beli masyarakat belum sepenuhnya pulih.
PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) mencatatkan kenaikan laba bersih 23,8% YoY jadi Rp 774 miliar. Itu sudah melampaui capaian di kuartal I 2020 sebesar Rp 457 miliar maupun dari triwulan pertama 2019 sebesar Rp 723 miliar.
Sementara kredit bank ini tumbuh 6,04%. Haru Koesmahargyo, Direktur Utama BTN, oprimistis kredit 9%-11% sampai akhir tahun masih bisa dicapai.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News