kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.606.000   15.000   0,94%
  • USD/IDR 16.290   0,00   0,00%
  • IDX 7.257   75,31   1,05%
  • KOMPAS100 1.072   13,85   1,31%
  • LQ45 846   11,73   1,41%
  • ISSI 216   3,00   1,41%
  • IDX30 435   5,37   1,25%
  • IDXHIDIV20 520   7,40   1,44%
  • IDX80 122   1,62   1,34%
  • IDXV30 124   0,62   0,50%
  • IDXQ30 143   2,07   1,47%

Kinerja Perbankan pada 2024 Cenderung Melambat dan Respons Investor


Rabu, 22 Januari 2025 / 22:51 WIB
Kinerja Perbankan pada 2024 Cenderung Melambat dan Respons Investor
ILUSTRASI. Teller menghitung uang rupiah di Hana Bank, Jakarta, Senin (13/1). Kinerja industri perbankan cenderung melambat pada tahun 2024 dan telah diantisipasi investor dengan penurunan harga saham.


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Musim laporan keuangan industri perbankan telah dimulai. Namun ekspektasi tinggi terhadap kinerja yang cemerlang sepanjang 2024 perlu diredam dengan segala ketidakpastian yang terjadi di tahun tersebut.

PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) telah mengawali musim laporan keuangan ini dengan catatan laba bersih Rp 21,46 triliun. Laba tersebut mengalami pertumbuhan 2,7% secara tahunan (YoY), lebih rendah dari kuartal sebelumnya yang tumbuh 3,5% YoY.

Untuk kuartal IV/2024 sendiri, laba BNI hanya tercatat senilai Rp 5,15 triliun atau turun 8,23% dari kuartal sebelumnya. Nilai tersebut juga di bawah ekspektasi analis Bloomberg yang memperkirakan laba senilai Rp 5,76 triliun.

Baca Juga: Pemerintah Kerek Harga Jual Eceran (HJE) Rokok Tahun Depan, Begini Respons Gaprindo

Meski demikian, Wakil Direktur Utama BNI Putrama Wahju Setyawan mengungkapkan bakal menjaga pertumbuhan laba untuk tahun 2025. Ia bilang fokusnya di tahun ini memperkuat dana pihak ketiga berbasis dana murah sebagai kontributor utama bisnis.

“Ini bertujuan untuk memastikan profitabilitas jangka panjang mengingat efisiensi biaya dana akan mendukung pertumbuhan kredit yang sehat dan menjaga margin bunga,” ujar Putrama, Rabu (22/1).

 

Adapun, pada periode yang sama, pendapatan bunga bersih BNI juga tercatat turun 1,9% YoY menjadi Rp 40,48 triliun. Ini sejalan dengan rasio Net Interest Margin (NIM) yang turun 34 basis poin (bps) menjadi 4,2%.

Selanjutnya, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) akan melaporkan kinerja keuangannya pada Kamis (23/1). Konsensus analis Bloomberg pun juga memproyeksikan laba di kuartal IV/2024 tercatat menurun.

Baca Juga: Larangan Ekspor Konsentrat Tembaga Berlaku Tahun Depan, Begini Respons Emiten Tambang

Prediksi analis Bloomberg pada kuartal tersebut, BCA hanya mencatat laba bersih senilai Rp 14,16 triliun. Artinya, ekspektasi tersebut turun dari realisasi di kuartal III/2024 senilai Rp 14,19 triliun.

EVP Corporate Communication & Social Responsibility PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Hera F. Haryn, mengatakan, BCA akan selalu mengoptimalkan pendapatan dari segala lini bisnis. Di mana, pihaknya terus mendorong penyaluran kredit berbagai sektor, serta memperkuat platform perbankan transaksi. 

“Berkat pendanaan BCA yang didukung dana giro dan tabungan (CASA), BCA optimistis mampu menjaga cost of fund secara keseluruhan,” ujar Hera.

Pada umumnya, ia melihat kinerja industri perbankan akan sejalan dengan kondisi perekonomian. Dengan prospek ekonomi Indonesia yang tetap positif, ia optimistis 2025 akan menawarkan berbagai peluang baru bagi industri perbankan.

Per November 2024, total kredit BCA (bank only) naik 15,5% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 876 triliun. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dari rata-rata industri sebesar 10,8% YoY di periode yang sama.

Baca Juga: Harga Jual Eceran Produk Tembakau Bakal Naik Tahun Depan, Begini Respons Pelaku Usaha

“BCA terus mendorong penyaluran kredit ke berbagai segmen dan sektor, dalam rangka mendukung perekonomian nasional,” ujarnya.

CEO Edvisor Praska Putrantyo mengatakan, secara tren kinerja, rata-rata kinerja bank-bank besar, khususnya KBMI 4 relatif melambat, baik dari segi pertumbuhan pendapatan maupun laba bersih.

Namun, ia melihat kinerja bank-bank besar yang melambat ini sudah diperkirakan oleh investor. Sehingga, harga saham bank tersebut telah mencerminkan kondisi sepanjang 2024 yang melambat secara tahunan.

Praska berpandangan tantangan tahun 2025 ini diperkirakan masih berlanjut di tengah ancaman peningkatan NPL serta kondisi ekonomi yang masih berjuang untuk kembali bangkit dari perlambatan. Hanya saja, dengan tren pemangkasan bunga acuan BI, diharapkan itu bisa membangkitkan kembali penyaluran kredit.

Baca Juga: Pakar Keuangan Pribadi Ini Ungkap 2 Nasihat yang Tetap Relevan Setelah Kerja 10 Tahun

“Sektor usaha yang berbasis spending, di antaranya seperti perbelanjaan ritel, makanan dan minuman, properti, serta otomotif diperkirakan masih menopang permintaan kredit perbankan di era bunga yang lebih rendah ini,” tambahnya.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Adityo Nugroho menuturkan, kalau dilihat perbandingan kinerja tahun 2023, pastinya laba bank-bank besar ini tetap tumbuh. Di mana, ada beberapa juga yang mengalami kenaikan NPL.

Ia pun melihat tahun ini tantangannya masih berkutat pada kondisi likuiditas. Sebab, laju kenaikan kredit dalam beberapa waktu ke belakang lebih kencang dari laju pertumbuhan DPK, yang menyebabkan LDR cenderung pada naik.

“Saat ini masyarakat punya alternatif instrumen keuangan lain untuk menyimpan dananya selain di tabungan atau deposito,” ujarnya.

Selanjutnya: Memasuki Tahun 2025, LG Electronics Perkuat Portofolio AC Komersial di Indonesia

Menarik Dibaca: 4 Manfaat Cuka Apel Jika Dikonsumsi Setiap Hari, Gula Darah Jadi Stabil

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×