Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki tahun kedua adanya pandemi tampaknya mulai memperbaiki kinerja industri asuransi umum. Hal ini didukung dengan beban klaim yang harus dibayarkan perusahaan asuransi umum mengalami penurunan.
Jika melihat data dari OJK per Maret 2021, klaim bruto perusahaan asuransi umum tercatat hingga Rp 6,9 triliun. Pada periode yang sama di tahun lalu, klaim bruto bisa mencapai Rp 9,2 triliun yang berarti mengalami penurunan hingga 25% yoy.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Dody AS Dalimunthe mengatakan bahwa tren penurunan sudah terjadi sejak akhir tahun 2020. Ia bilang penurunan klaim paling besar terjadi pada lini kendaraan dilanjutkan dengan lini bisnis asuransi pengangkutan, asuransi energy dan asuransi kecelakaan diri yang dikarenakan kurangnya aktivitas selama pandemi.
“Namun pada dasarnya penyebab klaim adalah kejadian yang tidak dapat diprediksi, sehingga yang dapat dilakukan adalah mengurangi dampak kerugian jika terjadi,” ujar Dody kepada KONTAN, Senin (24/5).
Dalam hal ini, Dody bilang bahwa naik turunnya klaim asuransi bisa terjadi kapanpun. Ia menilai perusahaan asuransi hanya perlu melakukan seleksi risiko sebagai bagian dari proses underwriting dan memberikan rekomendasi perbaikan risiko kepada Tertanggung sebelum polis asuransi diterbitkan.
Baca Juga: Hingga akhir tahun lalu, utang klaim Jiwasraya sentuh Rp 20 triliun
“Perusahaan juga perlu proper dalam menentukan tarif premi dengan mengacu kepada data risiko yang bersangkutan agar terjadi keseimbangan antara premi asuransi dengan risiko, sehingga ada ketersediaan dana yang cukup saat kewajiban pembayaran klaim,” tambah Dody.
Dari pelaku industri sendiri, penurunan klaim juga terjadi hingga kuartal II-2021 ini. Ambil contoh, PT Asuransi Simas Insurtech yang baru mencatatkan klaim Rp 43 miliar. Hal ini berarti perusahaan mengalami penurunan klaim sebanyak 85% yoy dari yang sebelumnya bisa mencapai Rp 300 miliar.
“Ini karena menurunnya bisnis dari travel insurance serta asuransi kredit fintech p2p lending yang tahun ini sangat selektif dan jauh lebih kecil penyaluran kreditnya,” ujar Presiden Direktur Simas Insurtech Teguh Aria Djana kepada KONTAN.
Teguh juga menilai tren penurunan klaim ini masih akan berlanjut hingga akhir tahun 2021 dan secara year-on-year akan jauh lebih rendah. Jikapun ada, ia bilang kalau klaim tersebut akan berasal dari dari asuransi pengiriman, travel, dan beberapa produk lainnya. “Saat ini masih asuransi kredit p2p lending yang klaimnya besar,” tambah Teguh.
Sama halnya dengan Simas Insurtech, PT Asuransi Wahana Tata (Aswata) juga mengaku mengalami penurunan beban biaya klaim. Per April 2021, biaya klaim dari Aswata mencapai sekitar Rp 400 miliar. “Ada penurunan sekitar 10% secara overall karena tahun lalu klaim kita cukup besar karena dampak dari banjir Jakarta tahun lalu,” ujar Presiden Direktur Aswata Christian Wirawan.
Selanjutnya: Astra Life perkuat bisnis asuransi kumpulan melalui inovasi layanan digital
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News