Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Pada tiga bulan pertama tahun 2017, PT Bank Sahabat Sampoerna (BSS) mencatatkan pertumbuhan kredit mencapai 26% secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi Rp 6,15 triliun.
Berdasarkan segmen kreditnya, mayoritas kredit BSS mengalir ke segmen usaha mikro, kecil dan menengah yakni sebanyak 70% dari total kredit. Untuk segmen mikro, BSS telah menyalurkan kredit senilai Rp 2,61 triliun atau tumbuh 28,88% secara yoy. Sementara untuk segmen kecil dan menengah (Small Medium Enterprises/SME) penyaluran kredit mencapai Rp 1,69 triliun atau turun tipis 0,64% secara tahunan.
Corporate Communication and Investor Relation Head BSS, Ridy Sudarma menyebut, tahun ini, pihaknya akan tetap menjaga penyaluran kredit ke segmen UMKM sebesar 70%.
"Nasabah UMKM kami sekitar 30.000 nasabah, dengan plafon pinjaman di bawah Rp 1,5 miliar atau rata-rata sekitar Rp 200 juta. Sektor kredit masih didominasi perdagangan sebesar 30%-40% dari total kredit," katanya di Jakarta, Selasa (18/4).
Ridy menyebut, sampai saat ini mayoritas debitur atau nasabah perseroan berasal dari koperasi grup Sampoerna Strategic yang berjumlah 124 koperasi. Tercatat penyaluran kredit ke koperasi dan jasa keuangan yang disalurkan BSS sampai kuartal I 2017 mencapai Rp 1,84 triliun atau tumbuh 60,54% yoy.
Kemudian, Bank Sampoerna mencatat telah menghimpun DPK sebesar Rp 6,54 triliun per akhir Maret 2017. Jumlah tersebut tumbuh 28% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 5,09 triliun.
Funding Business Head Bank Sampoerna, Ringo Nugraha menyebut sampai saat ini dana mahal atau deposito masih menjadi sumber pendanaan dominan. "Rasio dana murah (CASA) kami 13%, deposito 87%, kami memang punya target CASA sekitar 15%, dua atau tiga tahun ke depan menjadi 20%," tuturnya.
Guna meningkatkan pertumbuhan dana murah, pihaknya berencana menambah dua sampai tiga cabang hingga akhir 2017. Saat ini, BSS meiliki 20 cabang. "Tiga itu rencana di Semarang, Pontianak dan satu lagi di Indonesia Timur," imbuhnya.
Tahun ini, BSS menargetkan DPK tumbuh 30% yoy menjadi sebesar Rp 8,5 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News