Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi
Jika memperhitungkan implikasi dari keluarnya bank-bank ketiga bank tersebut dari BUKU II, maka pertumbuhan yang dicatatkan pada BUKU II akan jauh lebih tinggi dari 5% per Juni 2019. Dan untuk pengingat, menjelang akhir Agustus 2019 lalu, kelompok BUKU I juga mengalami kekurangan anggota lantaran PT Bank Amar Indonesia juga baru naik ke BUKU II.
Lebih lanjut, ia mengatakan kendati pertumbuhan kredit perbankan di bulan Juni 2019 hanya naik 9,9% atau lebih pelan dibandingkan tahun sebelumnya, hal tersebut masih positif.
Sebab, iklim ekonomi yang kurang kondusif saat ini memang menjadi tantangan tersendiri bagi perbankan, khususnya untuk bank yang relatif kecil.
Hanya saja, bukan berarti bank kecil di BUKU I dan BUKU II tidak dapat bersaing. "Sedikit atau banyak, masing-masing bank punya segmen sendiri," terangnya. Khusus untuk BSS, Henky mengatakan pihaknya tetap akan berfokus pada segmen UMKM dan memperbaiki layanan.
Sekaligus menunjang perluasan jaringan dengan menggunakan teknologi agar mampu bersaing di segmen yang memang menjadi keahlian perseroan. Bank milik taipan ini tetap positif, kredit mampu tumbuh hingga dua digit sampai akhir tahun 2019.
Baca Juga: Bank Kecil dan Menengah Berlomba Menggelar Rights Issue
Catatan saja, sampai dengan akhir Juli 2019 BSS masih mencatatkan kredit tumbuh sebesar 16,85% secara yoy dari Rp 6,77 triliun menjadi Rp 7,76 triliun.
Kendati ada perubahan peta kategori BUKU, bank kecil tetap memandang kredit perbankan banyak mengalir ke bank BUKU IV. Salah satunya, PT Bank Mayora yang menilai bahwa secara jaringan dan kemampuan pemberian kredit, bank BUKU IV jauh lebih leluasa dibanding bank kecil. Terutama dari segi tingkat suku bunga.
"Dalam hal suku bunga kredit, BUKU IV lebih kompetitif dibandingkan bank-bank yang lebih kecil di BUKU I-III. Sehingga dapat memenangkan persaingan suku bunga di pasar," ujar Irfanto Oeij, Direktur Utama Bank Mayora.
Meski begitu, senada dengan Henky, pihaknya menilai seluruh bank punya pasar sendiri. Bank Mayora misalnya akan fokus pada segmen kredit korporasi dan menengah untuk membantu pertumbuhan kredit.
Terutama di sektor industri pengolahan, manufaktur, perdagangan besar dan eceran, real estate, persewaan dan penyediaan jasa perusahaan lainnya.
Di sisi lain, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) memandang bahwa sejauh ini pihaknya tetap mendapatkan peluang permintaan kredit. Kendati demikian, Direktur Keuangan Bank Jatim Ferdian Timur Satyagraha memang menyebut bahwa saat ini segmen kredit konsumsi memang agak lesu.
Untuk tetap menopang kredit, pihaknya sudah berupaya melakukan promosi biaya dan suku bunga di pertengahan Agustus 2019 lalu. "Konsumer agak pelan, kredit produktif tumbuh lebih tinggi dan akan berlanjut sampai akhir tahun," katanya.
Adapun, sampai dengan akhir Agustus 2019 Ferdian membeberkan bahwa realisasi kredit Bank Jatim sudah menyentuh 9,91% atau mendekati target perseroan, yakni di atas 10% pada akhir tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News