Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. PT Bank Central Asia Tbk (BCA) tak berharap besar terhadap bisnis konsumer. Pasalnya, daya beli konsumen terhadap rumah dan mobil sangat rendah seiring perlambatan pertumbuhan ekonomi. Direktur Konsumer BCA Henry Koenaifi mengatakan, pihaknya menargetkan pertumbuhan kredit konsumer pada tahun ini paling tidak sama seperti tahun lalu.
"Kredit permilikan rumah (KPR) dan kredit kendaraan bermotor (KKB) akan tumbuh flat diĀ 2016," kata Henry, kepada KONTAN, Jumat (11/3).
Misalnya, bisnis KPR akan terjadi permintaan kredit baru sekitar Rp 2 triliun sepanjang tahun ini. Artinya, KPR akan tumbuh sekitar 3,36% atau menjadi Rp 61,41 triliun per akhir tahun 2016 dibandingkan posisi Desember 2015 sejumlah Rp 59,41 triliun.
Henry menambahkan, permintaan kredit perumahan melambat karena harga properti terus naik di tengah ekonomi lesu. BCA mempertimbangkan untuk menyasar KPR kelas menengah dengan harga Rp 500 juta dari segmen KPR kelas menengah atas dengan harga Rp 1 miliar per unit. Pasalnya, pengembang kelas atas seperti Grup Ciputra dan Paramount Land mulai membangun unit-unit rumah kelas menengah yang sedang naik daun.
Seperti KPR, BCA membidik pertumbuhan konservatif untuk KKB yaitu sebesar 10% atau menjadi Rp 34,77 triliun per Desember 2016. Henry bilang, penjualan mobil baru terus menurun di Indonesia, karena tekanan ekonomi yang menurunkan daya beli konsumen. "BCA akan mengambil pasar pembiayaan KKB untuk mobil baru dan bekas untuk mencapai target," jelasnya.
Agar lebih efektif, BCA akan menggeber pembiayaan KKB di semester II/2016 karena permintaan kredit mulai naik dibandingkan semester I/2016. Targetnya, perusahaan akan membiayai KKB minimal Rp 1 triliun per kuartal tergantung dari permintaan kredit. BCA juga akan memberikan bunga promo KKB sebesar 3,85% fix selama dua tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News