Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menyebutkan pertumbuhan kredit di sektor komoditas yakni perkebunan meningkat hingga Juni tahun ini. Sektor komoditas disebut-sebut menjadi sektor yang paling banyak membutuhkan kredit valuta asing (valas) saat ini di tengah peningkatan harga komoditas baik hasil perkebunan maupun tambang.
Vera Eve Lim Direktur Keuangan BCA mengatakan, sektor perkebunan merupakan salah satu penopang pertumbuhan kredit korporasi BCA yang naik tinggi hingga Juni 2022.
"Penopang kredit korporasi kami salah satunya dari perkebunan. Kalau untuk tambang belum ada, hanya saja industri yang mendukungnya kami tentu biayai," kata Vera dalam paparan publik, Rabu (14/9).
Baca Juga: BCA Targetkan Jumlah Nasabah Tembus 30 Juta Tahun 2023
Kendati begitu, Vera tidak merinci berapa pertumbuhan kredit sektor perkebunan tersebut. Sedangkan kredit korporasi BCA berhasil tumbuh hingga 19,1% secara year on year (YoY) menjadi Rp 310,2 triliun. Segmen inilah yang jadi penopang utama sehingga kredit BCA secara keseluruhan tumbuh 13,8% YoY di semester I.
Dia juga tidak menjelaskan berapa kredit valas yang disalurkan BCA ke sektor komoditas tersebut. Namun, yang pasti likuiditas valas BCA hingga Juni masih terjaga ditandai dengan loan to deposit ratio (LDR) valas 59,4% per Juni 2022.
LDR valas BCA naik 52,9% pada periode yang sama tahun lalu. Kenaikan ini seiring dengan pertumbuhan kredit valas yang cukup tinggi yakni 22,8% YoY jadi Rp 41,2 triliun. Sedangkan DPK valas BCA hanya tumbuh 9,3% YoY jadi Rp 69,3 triliun.
Baca Juga: Bunga Acuan Naik, Beban Utang Korporasi Terungkit
EVP Sekretariat dan Komunikasi Perusahaan BCA, Hera F. Haryn sebelumnya menyatakan, pertumbuhan kredit valas disebut ditopang kenaikan permintaan kredit modal kerja pada sektor manufaktur dan perdagangan
Hera bilang, BCA tetap berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan transaksi valas sesuai dengan kebutuhan nasabah dalam berbagai jenis mata uang.
Adapun pertumbuhan DPK valas ini ditopang oleh CASA yang tumbuh 13%. "Hal ini selaras dengan transaksi valas dimana transaksi yang paling banyak dilakukan adalah terkait ekspor-impor dan remitansi," kata Hera.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News