kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.105.000   12.000   0,57%
  • USD/IDR 16.445   10,00   0,06%
  • IDX 7.958   20,58   0,26%
  • KOMPAS100 1.114   3,04   0,27%
  • LQ45 807   -1,86   -0,23%
  • ISSI 274   1,94   0,72%
  • IDX30 419   -0,43   -0,10%
  • IDXHIDIV20 486   -0,13   -0,03%
  • IDX80 122   -0,29   -0,24%
  • IDXV30 132   -0,91   -0,68%
  • IDXQ30 136   0,08   0,06%

Kredit lambat, dana bank lari ke FasBI


Selasa, 09 Juli 2013 / 08:13 WIB
Kredit lambat, dana bank lari ke FasBI
ILUSTRASI. Serial dokumenter The Puppet Master: Hunting the Ultimate Conman adalah salah satu serial dokumenter yang populer di Netflix.


Reporter: Roy Franedya | Editor: Roy Franedya

JAKARTA. Kebijakan Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga Fasilitas Bank Indonesia (FasBI) 25 basis poin (bps) atau 0,25% menjadi 4,25% membawa berkah bagi industri perbankan. Bank masih bisa mendapatkan margin yang memadai saat permintaan kredit sedang melemah.

Berdasarkan data BI, intensitas bank yang kelebihan likuiditas dan memarkir dana mereka di FasBI meningkat signifikan. Pada Juni 2013 dana perbankan yang berputar di FasBI sudah mencapai Rp 113,22 triliun atau meningkat  87,51% dibandingkan bulan sebelumnya.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Difi Ahmad Johansyah, mengatakan kenaikan suku bunga FasBI didasarkan beberapa pertimbangan. Yakni, BI ingin memberikan sinyal pada pasar agar segera mempersiapkan diri atas dampak kenaikan suku bunga acuan alias BI rate.

BI juga ingin mencegah bank memarkir dana mereka di luar negeri. "Kekhawatiran kami, bila dana bank di luar negeri, akan berpengaruh pada nilai tukar rupiah," ujarnya pekan lalu.

Direktur Keuangan Bank Internasional Indonesia (BII), Thilagovathy Nadason, mengataka, bagi bank berlikuiditas tinggi, kebijakan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi menjadi masalah. Bank harus melakukan penempatan dana, sementara daya serap masyarakat terhadap kredit melemah karena beban meningkat, akibat kenaikan inflasi.

Hal ini yang membuat bank membenamkan dana merekadi FasBI, apalagi instrumen ini bersifat overnight. "Kalau bisa memilih, tentu bank lebih memilih menyalurkan kredit ketimbang menyimpan di FasBI. Sebelumnya, dana di FasBI merupakan fasiltas kredit yang belum dicairkan nasabah," ujarnya.

Informasi saja, pasca kenaikan harga BBM, penyaluran kredit perbankan melambat. Jika pada bulan sebelumnya kredit bank tumbuh di kisaran 21%-22% secara tahunan, pada Juni lalu kredit bank hanya tumbuh 20,5% menjadi Rp 2.974,34 triliun.

Nah, yang menarik penempatan bank adalah dalam instrumen di Pasar Uang Antar Bank (PUAB). Meski bank kelebihan likuiditas dan kredit bertumbuh transaksi pada instrumen ini tidak tumbuh signifikan.

Transaksi dalam PUAB hanya bertambah Rp 1 triliun. "Hal ini karena tidak ada bank yang memberi pinjaman dan tidak ada yang meminjam di interbank, sehingga dana masuk FasBI," ujar Direktur Keuangan Bank Mega, Sugiharto. Sepinya PUAB menunjukkan masih enggannya bank memutar dana pada instrumen ini. Maklum, masih terjadi segmentasi  dan counterparty risk.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Business Contract Drafting GenAI Use Cases and Technology Investment | Real-World Applications in Healthcare, FMCG, Retail, and Finance

[X]
×