kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   0,00   0,00%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Kredit sektor perdagangan masih menjadi tumpuan kredit perbankan


Senin, 01 Oktober 2018 / 15:17 WIB
Kredit sektor perdagangan masih menjadi tumpuan kredit perbankan
ILUSTRASI. Uang Rupiah


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor perdagangan masih menjadi andalan penyaluran kredit perbankan. Data Bank Indonesia (BI) dalam Analisis Perbankan pada bulan Agustus 2018 lalu menyebutkan, sektor perdagangan hotel dan restoran (PHR) menyumbang 20,74% dari total kredit perbankan.

Kredit sektor PHR mencatatkan pertumbuhan 9,69% secara tahunan atau year on year (yoy) dengan total outstanding mencapai Rp 1.048,1 triliun. Pertumbuhan kredit ini terbilang stabil, lantaran pada bulan sebelumnya kredit sektor ini juga tumbuh 9,57% yoy.

Namun, bila dilihat beradasarkan jenis kreditnya, kredit investasi di sektor PHR tumbuh lebih lambat yakni sebesar 8,1% pada bulan Agustus 2018 dibandingkan bulan sebelumnya yang sempat naik 8,6%.

Kendati tumbuh lebih tipis dibandingkan kenaikan kredit secara industri yang mencapai 11,9% pada periode Agustus 2018, pertumbuhan sektor perdagangan ini pada jenis kredit investasi tersebut masih melesat dari bulan Agustus 2017 yang hanya naik 2,8%.

Berbeda dengan kredit investasi, kredit modal kerja (KMK) pada sektor ini tumbuh dua digit sebesar 10,1% per Agustus 2018. Pertumbuhan kredit ini membaik dari periode bulan sebelumnya 9,8% yoy, maupun tahun sebelumnya yang hanya tumbuh 4,8% yoy.

BI dalam analisisnya menilai, akselerasi pada KMK utamanya didorong dari perusahaan eceran, makanan, minuman dan tembakau di Jawa Tengah dan DKI Jakarta serta Jawa Timur yang tumbuh pesat.

Sejumlah bank yang dihubungi Kontan.co.id, Senin (1/10) pun mengamini, bahwa sektor perdagangan memang menjadi andalan sejumlah bank umum.

PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) misalnya. Walau tak memberikan data terbaru kredit sektor ini di kuartal III 2018, Wakil Direktur Utama BNI Herry Sidharta mengatakan, hingga semester I 2018 lalu, BNI mencatatkan kenaikan kredit di sektor PHR sebesar 11,5% yoy menjadi Rp 77,7 triliun.

"Relatif sedikit di atas pertumbuhan industri pada Juni 2018 sebesar 10%," kata Herry. Berkaca pada pencapaian di semester I 2018 lalu, BNI pun memproyeksikan pertumbuhan sektor ini bakal stabil di kisaran 11% sampai akhir tahun 2018.

Komposisi kredit sektor PHR tersebut mencapai sebesar 18% dari total kredit BNI di akhir semester I tahun ini.

Mayoritas kredit yang masuk ke sektor perdagangan tersebut memiliki rasio kredit bermasalah yang terbilang rendah. Catatan BNI, non performing loan (NPL) di sektor perdagangan pada tahun ini membaik dibandingkan periode sama tahun lalu. Yakni, dari sebesar 3,3% secara gross menjadi 2,7% di semester I 2018.

"Ini sebagai hasil penyempurnaan proses penyaluran kredit, selektif dalam memilih debitur serta melakukan restrukturisasi maupun penyelamatan bagi debitur yang membutuhkan," imbuhnya. Herry meyakini, sektor perdagangan masih memiliki prospek cerah bila dilakukan secara tepat sasaran.

Bukan hanya bank besar saja yang ikut terjun ke sektor perdagangan. Bank kecil seperti PT Bank Dinar Indonesia Tbk pun mengamini bahwa sektor perdagangan merupakan sasaran empuk bagi kredit perbankan.

Sebab, Direktur Utama Bank Dinar Hendra Lie mengatakan, rata-rata debitur perdagangan lebih tahan banting menghadapi gejolak ekonomi maupun kondisi pasar. "Bisnis ini adalah bisnis yang sustainable, debitur berpengalaman dan sektor ini memiliki kolateral yang baik," jelasnya.

Hitung-hitungan Hendra, sektor perdagangan menyumbang setidaknya 30,8% dari total kredit Bank Dinar per Agustus 2018. Pun, dari sisi NPL sektor perdagangan masih terbilang rendah yaitu 2,3%. Lebih baik dibandingkan total NPL Bank Dinar yang mencapai 2,9% per Agustus 2018.

Sebagai tambahan informasi saja, merujuk pada statistik perbankan Indonesia (SPI) yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada bulan Juli 2018 lalu sektor perdagangan besar dan eceran tercatat memiliki NPL sebesar 4,07%. Rasio NPL ini lebih rendah dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar 4,56%.

Dirinci berdasarkan kelompok bank, kelompok BUKU I memiliki NPL di sektor perdagangan paling tinggi sebesar 5,84% pada bulan Juli 2018. Disusul kelompok BUKU II dengan NPL sektor perdagangan sebesar 5,76%, dan BUKU III dengan NPL 3,7%. Sementara NPL sektor perdagangan BUKU IV sebesar 3,43%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×