Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bank akan semakin aktif melakukan pembiayaan sindikasi di paruh kedua tahun ini. Pasalnya, masih banyak proyek infastruktur, minyak dan gas, serta manufaktur masih membutuhkan pendanaan besar yang perlu dibiayai secara patungan.
PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) misalnya masih mengejar puluhan triliun rupiah proyek sindikasi semester II ini meskipun di paruh pertama bank pelat merah ini sudah tercatat sebagai jawara di pembiayaan sindikasi baik dari sisi mandated lead arranger maupun bookrunner dengan total market share 13,09%.
Pimpinan Unit Bisnis Sindikasi BNI Rommel TP Sitompul menargetkan, BNI bisa melakukan kesepakatan kredit sindikasi dengan total nilai Rp 79 triliun. Dari jumlah itu, pipeline partisipasi BNI akan mencapai Rp 27 triliun atau lebih besar dari paruh pertama 2019.
"Closing sindikasi yang diharapkan semester II terdiri dari proyek smelter senilai Rp 7 triliun, pembangkit listrik Rp 48 triliun, infraktruktur jalan tol Rp 21,4 triliun dan industri manufaktur Rp 2,38 triliun," kata Rommel pada Kontan.co.id, Rabu (10/7).
Pada semester I 2019 lalu, total sindikasi yang di-arrange BNI mencapai Rp 79,2 triliun, melesat dari periode sama tahun lalu yang hanya mencapai Rp 13,9 triliun. Porsi BNI dalam pembiayaan sindikasi itu mencapai Rp 22,2 triliun, melejit 284% dari semester I 2018 sebesar Rp 5,7 triliun.
Total pembiayaan sindikasi yang berhasil didapatkan BNI semester I 2019 berasal dari 12 proyek dari sektor minyak dan gas, sektor industri, konstruksi maupun agribisnis. BNI bertindak sebagai lead dalam seluruh kesepakatan sindikasi itu.
PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga masih akan aktif ikut serta dalam melakukan pembiayaan sindikasi di paruh kedua ini. Hanya saja, bank swasta terbesar di Indonesia ini tidak menyebutkan target mereka sampai akhir tahun.
"Ke depan, kredit sindikasi akan tergantung progres proyek dan investasi yang berjalana. Kami akan aktif menjajaki kebutuhan pasar," ujar Jan Hendra, Sekretaris Perusahaan BCA. Dalam menjaring pembiayaan sindikasi, BCA akan aktif partisipasi kredit sindikasi di sektor pembangkit listrik, jalan tol dan properti.
Sepanjang Januari-Mei 2019, BCA telah menyalurkan kredit sindikasi sebesar Rp 10,7 triliun. Jan bilang, realisasi kredit investasi perseroan terus meningkat sejak semester II 2018 hingga kuartal I 2019.
Sementara dalam Bloomberg League Table report Global Syndicated, BCA tercatat ada di urutan kelima sebagai mandated lead arranger untuk pembiayaan sindikasi senilai US$ 695,83 juta dengan pangsa pasar 7,06%.
Adapun diurutan kedua dibawah BNI, diduduki PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan total US$ 1,07 miliar dan market share 10,87%.
Posisi ketiga diraih PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) dengan total penyaluran kredit sindikasi sebesar US$ 854,33 juta dan mengambil pangsa pasar 8,67%%. Adapun urutan keempat ditempati PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan penyaluran kredit sindikasi sebesar US$ 770,71 juta dan mengambil pangsa pasar 7,82%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News