kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,64   6,79   0.75%
  • EMAS1.395.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.17%
  • RD.CAMPURAN 0.09%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.03%

Kredit Tumbuh Tinggi, kok Kredit Menganggur di Perbankan Masih Menumpuk?


Kamis, 04 Juli 2024 / 19:11 WIB
Kredit Tumbuh Tinggi, kok Kredit Menganggur di Perbankan Masih Menumpuk?
ILUSTRASI. Meski kredit tumbuh tinggi, kredit menganggur atau undisbursed loan di perbankan juga masih terus menumpuk.


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Kredit perbankan tumbuh 13,09% year on year (yoy) per Mei 2024. Meski kredit tumbuh tinggi, kredit menganggur atau undisbursed loan di perbankan juga masih terus menumpuk.

Bedasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total undisbursed loan di bank umum mencapai Rp 2.130,37 triliun per Mei 2024, atau naik 10,59% yoy dibandingkan periode sama 2023 sebesar Rp 1.926,26 triliun.

Direktur Kepatuhan Bank Oke Indonesia Efdinal Alamsyah mengatakan, penumpukan kredit menganggur akibat penundaan pencairan oleh debitur karena belum ada kebutuhan pendanaan yang mendesak. 

"Misalnya dalam hal kredit investasi yang jangka waktunya panjang dan bisa juga karena masih terdapat persyaratan atau dokumen tambahan yang belum dipenuhi sebelum kredit bisa dicairkan," kata Efdinal kepada Kontan, Kamis (4/7).

Baca Juga: Banyak Tantangan, Bankir Senior Soroti Pentingnya Menjaga Kualitas Kredit

Lebih lanjut, Efindal mengatakan, sebagaian besar kredit menganggur berasal dari segmen kredit investasi. Biasanya proyek yang besar memerlukan waktu lebih lama untuk memenuhi persyaratan pencairan kredot. Atau proyek yang dibiayai memiliki timeline panjang sehingga tidak ada kebutuhan untuk menarik dana segera.

Adapun jika dilihat dari laporan keuangan Bank Oke Indonesia, kredit menganggur tercatat naik 11,85% yoy dengan nilai kredit Rp 1,17 triliun per Mei 2024.

Padahal total kredit Bank Oke naik 10,29% yoy pada Mei 2024 menjadi Rp 8,83 triliun per Mei 2024, dibandingkan Rp 8 triliun pada Mei 2023 lalu.

Soal proyeksi kredit menganggur ke depannya, Efdinal mengatakan, hal tersebut tergantung beberapa faktor. 

Bank Central Asia (BCA) juga mencatatkan kenaikan kredit menganggur. Jika melihat laporan keuangan secara bank only, total kredit menganggur BCA mencapai Rp 399,97 triliun per Mei 2024, naik 14% yoy dibandingkan Rp 350,84 triliun per Mei 2023.

Padahal total kredit BCA juga tumbuh tinggi, yakni 15,91% yoy dengan nilai kredit yang disalurkan Rp 824,73 triliun per Mei 2024.

"Pagu kredit yang masih tersedia mencapai Rp 399,97 triliun. Hal ini untuk mengantisipasi permintaan kredit yang selaras dengan pertumbuhan ekonomi, sekaligus siklus bisnis nasabah," kata Hera F Haryn, VP Corporate Communication and Social Responsibility BCA.

Lebih lanjut Hera menyebut, pertumbuhan total kredit BCA didorong seluruh segmen, baik kredit korporasi, UMKM, hingga kredit konsumsi. Adapun kontributor terbesar dari pertumbuhan total kredit BCA per Mei 2024 adalah sektor jasa keuangan, pertambangan non migas, hingga transportasi dan logistik.

Seiring proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang positif, BCA yakin permintaan fasilitas kredit sepanjang 2024 akan terjaga. 

"Faktor inflasi yang terkendali, serta likuiditas BCA yang memadai juga menambah optimisme kami agar dapat menjaga pertumbuhan kredit berkualitas secara berkelanjutan," ungkap Hera.

Sementara, Bank CIMB Niaga mencatatkan undisbursed loan Rp 110,078 triliun per Mei 2024, atau naik 4% yoy dari Rp 104,59 triliun pada Mei 2023.

Padahal total kredit dan pembiayaan CIMB Niaga mencapai Rp 203.184 triliun per Mei 2024, atau naik 3,77% yoy dari Rp 195,79 triliun pada Mei 2023.

Baca Juga: BTN Catat Kredit Hapus Buku Lebih dari Rp 370 Miliar pada Semester I-2024

Meski kredit menganggur naik, Presiden Direktur Bank CIMB Niaga Lani Darmawan mengatakan, kenaikan undisbursed loan secara absolut naik sejalan dengan tumbuhnya portfolio kredit CIMB Niaga juga. 

Lani menilai tidak ada perubahan berarti di segmen undisbursed loan pada saat ini. Namun memang ada kecenderungan pelaku usaha menunggu sampai biaya bunga bisa lebih menarik untuk penggunaan fasilitas kredir. 

"Yang menurut saya wajar. Karena dari sisi bisnis ada hitungan untung rugi, margin dan lainnya," kata Lani.

Selanjutnya: WSKT Digugat Hukum Soal Pembangunan Kantor Kedutaan Besar India

Menarik Dibaca: AirAsia Buka Rute ke Kenya Afrika dari Kuala Lumpur

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×