kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

LDR menggunung, bankir ramal likuiditas DPK masih bakal mengetat di semester II-2019


Senin, 29 Juli 2019 / 15:50 WIB
LDR menggunung, bankir ramal likuiditas DPK masih bakal mengetat di semester II-2019


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (DPK) alias loan to deposito ratio (LDR) perbankan sudah menggunung. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan hingga semester I-2019, posisi LDR ada di angka 96%.

Tentunya hal ini disebabkan oleh pertumbuhan kredit yang masih lebih deras ketimbang laju DPK. Sampai Juni 2019 OJK menyebut kredit tumbuh 9,92% secara year on year (yoy) sedangkan DPK baru tumbuh 7,42%.

Secara historis, posisi LDR perbankan ini memang paling tinggi dalam beberapa tahun terakhir. Sejumlah bankir pun sepakat kalau di semester I 2019, LDR memang cukup ketat dan mengakibatkan persaingan perebutan dana di pasar sempat sengit.

Meskipun Bank Indonesia (BI) sudah memberikan kelonggaran berupa penurunan Giro Wajib Minimum (GWM), perbankan tetap saja masih dihantui pengetatan likuiditas. Apalagi, saat ini tren suku bunga acuan BI diproyeksi akan terus melandai. Artinya, era penurunan bunga deposito sudah dimulai.

Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Santoso Liem beranggapan di semester II-2019, LDR masih bakal tetap menggunung.

"Karena memang kebutuhan kredit masih akan tinggi, sementara pertumbuhan DPK masih single digit," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (29/7).

Jika merujuk laporan keuangan perseroan, likuiditas BCA terpantau masih sangat aman. Tercermin dari posisi LDR di level 79% di semester I 2019. Indikator likuiditas seperti rasio intermediasi makroprudensial (RIM) pun masih terjaga di 80%.

Meski begitu, kedua rasio tersebut memang terpantau naik secara year to date (ytd) sekitar 250 - 260 basis poin (bps).

Namun, bank swasta terbesar di Tanah Air ini juga membukukan pertumbuhan DPK lebih pelan dibanding kredit. Hingga Juni 2019, kredit BCA sudah naik 11,5% sedangkan DPK baru tumbuh 8,6%.

"Untuk BCA, memang semester I (LDR) sekitar 79% dan kami harapkan kredit tetap tumbuh secara prudent," katanya.

Melihat masih terbukanya ruang pengetatan likudiitas, BCA meramal LDR perseroan maksimal akan pada level 85% tahun ini. BCA juga sebelumnya sudah mulai menurunkan rata-rata bunga deposito sebesar 0,25%.

"Penurunan bunga deposito tidak membuat likuiditas longgar, terlihat LDR industri yang justru terjadi kenaikan," terangnya.

Sementara itu, Direktur Treasury dan International Banking PT Bank Mandiri Tbk, Darmawan Junaidi lebih optimis. Menurutnya, DPK akan lebih baik pertumbuhannya di semester II-2019.

Penyebabnya pun bakal lebih dipengaruhi oleh peningkatan dari dana murah (current account and saving account/CASA) yang kini menjadi fokus bank besar termasuk Bank Mandiri. "Namun, memang program fokus pada CASA baru mulai terlihat hasilnya di Mei dan Juni 2019," katanya.

Jika merujuk laporan keuangan Bank Mandiri, LDR perseroan sebenarnya sudah cukup tinggi menembus 97,94% per Juni 2019. Posisi tersebut naik dari tahun sebelumnya sebesar 94,17%.

Pun, Darmawan menyebut saat ini RIM perseroan per Juni 2019 ada di level 96,9% secara konsolidasi. Meski cukup tinggi, pihaknya meramal RIM akan terjaga di level minimal 94% dan maksimal 97% pada akhir 2019.

Walau terbilang ketat, bank berlogo pita emas ini menilai likuiditas masih mencukupi. Dus, Bank Mandiri pun belum berencana melakukan aksi korporasi untuk mencari tambahan likuiditas di pasar.

Senada dengan Bank Mandiri, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) pekan lalu juga meyakini likuiditas akan membaik. Sebabnya, BNI sudah memupuk cukup DPK di semester I-2019 yang dibuktikan dari pertumbuhan sebesar 13% yoy menjadi Rp 595,06 triliun.

Walau begitu, LDR perseroan masih terbilang tinggi yakni menyentuh 92,3% meningkat dari 87,3% dibanding periode tahun sebelumnya.

Direktur Tresuri dan Internasional BNI Rico Rizal Budidarmo bilang ada beberapa faktor yang membuat pihaknya sulit menampung dana masyarakat, salah satunya bank harus bersaing dengan penerbitan obligasi di pasar serta adanya pungutan pajak yang harus dibayar.

Namun, memasuki semester II-2019 bank tertua di Tanah Air optimis likuiditas akan membaik. "Apalagi selama dua minggu terakhir, special rate sudah turun sejalan dengan BI rate," terangnya pekan lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×