kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45928,35   -6,99   -0.75%
  • EMAS1.321.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Lebih dari 74% Aset Perbankan di Indonesia Hanya Dikuasai 12 Bank


Kamis, 17 November 2022 / 20:14 WIB
Lebih dari 74% Aset Perbankan di Indonesia Hanya Dikuasai 12 Bank
ILUSTRASI. Nasabah melakukan transaksi melalui ATM di Tangerang, Senin (7/9/2020). KONTAN/Carolus Agus Waluyo


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aset perbankan di Indonesia terus mengalami peningkatan. Namun, aset ini hanya dikuasai oleh segelintir bank. Sementara total bank umum di Tanah Air saat ini jumlahnya mencapai 107 bank. 

Sebanyak 12 bank besar memiliki total aset Rp 7.726,74 triliun hingga akhir September 2022. Itu meningkat 6,5% dari periode yang sama tahun 2021 yang tercatat sebesar Rp 7.251,04 triliun. 

Saat ini memang belum ada data total aset perbankan nasional hingga September 2022. Laporan terbaru Otoritas Jasa Keuangan (OJK) baru per Juli 2022 dengan total aset perbankan Rp 10.325,5 triliun. Sedangkan per September 2021 saja, 12 bank tadi sudah menguasai 74,5% dari aset perbankan. Adanya pertumbuhan jumlah aset hingga kuartal III tahun ini menunjukkan penguasaan aset itu juga sudah naik.

PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) masih jadi bank terbesar di Indonesia dari sisi aset saat ini.  PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) masih belum bisa mengambil alih kembali posisinya pasca merger tiga bank syariah menjadi PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) yang dikonsolidasikan ke Bank Mandiri sebagai pemegang saham tertinggi. 

Baca Juga: Suku Bunga Acuan Sudah Naik 1,75% Tahun Ini, Ini Dampaknya ke Bunga Bank

Bahkan, gap jumlah aset Bank Mandiri dengan BRI semakin tinggi. Ini lantaran ekspansi kredit Bank Mandiri tumbuh jauh lebih tinggi hingga kuartal III-2022

Total aset Bank Mandiri per September 2022 mencapai Rp 1.839,3 triliun atau tumbuh 12,3% secara year on year (YoY). Sedangkan aset BRI mencapai Rp 1.684,6 triliun atau tumbuh 4% YoY. Jumlah aset BRI lebih rendah Rp 154,7 triliun dibanding Bank Mandiri. Kredit Bank Mandiri tumbuh 14,28% YoY dan BRI hanya menorehkan kenaikan 7,9% YoY.

Di urutan ketiga ada PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan total aset mencapai Rp 1.288,7 triliun atau tumbuh 10,2% YoY sejalan dengan kenaikan kreditnya sebesar 10,6% YoY hingga September. 

Sejauh ini baru ada tiga bank di Indonesia yang memiliki aset tembus Rp 1.000 triliun. Sedangkan  aset PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yang berada di posisi keempat baru mencapai Rp 94,6 triliun atau tumbuh 2,6% YoY. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) berada di urutan kelima dengan total aset Rp 389,2 triliun atau tumbuh 5,77% YoY.

Bank Mandiri tampaknya masih akan lama bertahan sebagai jawara aset jika BRI tidak punya rencana ekspansi anorganik lewat akuisisi. Tahun 2023, BRI menargetkan kredit tumbuh kisaran 9%-11%. Sedangkan Bank Mandiri menargetkan pertumbuhan tetapi tidak akan setinggi target tahun ini sebesar 11%. 

Saat ini BRI sedang merencanakan sebuah aksi korporasi, namun diketahui aksi apa yang akan dilakukan perseroan.  

"Laporan keuangan kuartal III memang ada limited review. Ini bagian dari aksi korporasi yang akan dilakukan BRI tetapi ini masih dalam proses internal  sehingga belum bisa disampaikan," kata  Direktur Keuangan BRI Viviana Dyah Ayu Retno dalam paparan kinerja kuartal III 2022, Rabu (16/11).

BNI menargetkan kredit bisa tumbuh 7%-9% tahun depan. BCA optimis pertumbuhan kredit akan terus berlanjut dan diperkirakan tahun depan akan tumbuh kurang lebih sama dengan pertumbuhan tahun ini. Per September 2022, kredit BCA sudah tumbuh 12,6% secara tahunan.

Baca Juga: CIMB Niaga Berhasil Salurkan Kredit Rp 194,7 Triliun per September 2022

Prospek Saham  

Budi Frensidy Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia (UI) membenarkan bahwa gap aset bank-bank besar dengan bank lainnya sangat tinggi. Bahkan tiga bank terbesar saja sudah menguasai separuh pangsa pasar perbankan. 

Lalu bagaimana dampaknya ke saham perbankan? Buat Budi, saham BBRI masih paling menarik walaupun dari sisi pertumbuhan aset kalah dari BMRI. 

"Itu karena saat ini karena BBRI unggul dari sisi profitabilitas," katanya pada KONTAN, Kamis (17/11).

Saham bank besar lainnya dinilai kurang menarik karena sudah kemahalan saat ini. Saham lain yang menarik menurutnya adalah bank BUKU IV yang memiliki price to book value (PBV) di bawah 1 kali. Hanya saja, ia melihat memang belum ada katalis positif untuk mendorong saham-saham murah tersebut. 

Sementara Nicodimus Kristiantoro, Research & Consulting Infovesta Utama melihat saham 4 bank besar masih akan diminati investor baik jangka pendek maupun long term.

Selain itu, saham perbankan yang menurutnya bisa dilirik untuk dapat cuan adalah bank yang punya fundamental yang kuat dan tren harga yang masih murah jika dibandingkan dengan industri perbankan.

Murahnya harga saham secara fundamental bisa dilihat dari masih lebih rendahnya rasio PBV suatu bank dibandingkan rata-rata PBV industri bank yang saat ini sebesar 3,45.

"Seperti contoh, saham BDMN memiliki PBV 0,61 dan BNGA memiliki PBV 0,66. Secara teknikal untuk jangka pendek juga bisa diakumulasi dan jika terjadi koreksi bisa buy on weakness." kata Nicodimus.

Pertumbuhan aset terutama didorong dari ekspansi kredit. Nicodimus melihat ekspansi kredit perbankan memang semakin kuat setelah ekonomi pulih dari Covid-19. Semakin tinggi pinjaman yang diberikan maka potensi kenaikan pendapatan bunga semakin tinggi dengan syarat kualitas aset juga terjaga baik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×