Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang tahun 2019 lalu, Bank Indonesia (BI) sudah mengambil kebijakan penurunan tingkat suku bunga acuan BI 7 days reverse repo rate (7DRR) sebanyak 100 basis poin (bps) menjadi 5%.
Dampaknya pun sudah mulai terasa pada tingkat suku bunga jangka pendek salah satunya suku bunga pasar uang antar bank (PUAB) untuk tenor 1 minggu. Setidaknya sampai November 2019 lalu, suku bunga PUAB tenor 1 minggu telah turun 115 bps menjadi 5,03%.
Baca Juga: BPK tak ingin kasus Jiwasraya seperti skandal Bank Century
Namun, faktanya transaksi PUAB masih terbilang sepi. Merujuk data Statistik Sistem Keuangan Indonesia (SSKI) yang dihimpun BI, rata-rata harian (RRH) volume transaksi PUAB hanya sebesar Rp 17,95 triliun per November 2019.
Lebih kecil dari bulan sebelumnya yang sempat menyentuh Rp 18,11 triliun. Angka tersebut juga lebih rendah dari Januari 2019 lalu yang pernah menembus Rp 20,59 triliun.
Menurut sejumlah bankir yang dihubungi Kontan.co.id, Rabu (8/1) sepinya transaksi PUAB lebih disebabkan faktor musiman. Vice President Interest Rate Trading PT Bank Mandiri Tbk Aries Syamsul Arifin bilang secara historis menjelang akhir tahun perbankan biasanya sudah menyiapkan likuiditas yang cukup tinggi.
Langkah itu dilakukan sebagai upaya antisipasi kebutuhan likuiditas yang meninggi di akhir tahun. "Sehingga, sampai di awal tahun ini kebutuhan transaksi PUAB juga masih sangat minim," katanya.
Baca Juga: BPK: Jiwasraya berisiko sistemik
Aries juga menambahkan, bahwa di awal tahun ini likuiditas pasar uang masih cukup likuid. Hal ini merupakan dampak dari pengeluaran belanja Pemerintah di awal tahun dan capital inflow ke pasar obligasi.
"Melihat kondisi ini, bank-bank belum perlu untuk saling meminjam," terangnya. Sayangnya, Aries tidak dapat merinci besaran transaksi Bank Mandiri sampai saat ini.
Senada, Perwakilan Manajemen PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) memandang bahwa kondisi PUAB yang landai menggambarkan likuiditas pasar termasuk perbankan mulai membaik. Setelah sebelumnya sempat mengalami pengetatan.
Hal ini juga tercermin dari jumlah bank-bank yang pasang harga untuk melakukan placement dana (lender) lebih banyak, dibandingkan bank yang membutuhkan dana alias borrower.
Selain itu, instrumen operasi moneter BI lainnya seperti term deposit, deposit facility, reverse repo surat berharga negara (RR SBN) juga cenderung meningkat. "Ini menandakan ada kelebihan dana perbankan yang masuk ke BI," tuturnya.
Baca Juga: Dalami kasus dugaan korupsi Jiwasraya, Kejaksaan Agung geledah 13 objek
Ia menambahkan, saat ini PUAB yang terjadi di pasar didominasi oleh tenor over night (O/N) dengan kisaran bunga di level 4,75%-4,85%. "Kondisi likuiditas BNI juga membaik, didorong oleh masuknya dana-dana yang berasal dari pencairan anggaran pemerintah di akhir tahun," imbuhnya
Sebagai tambahan informasi saja, dari sisi RRH frekuensi PUAB per November 2019 lalu mencapai 201 juta transaksi, turun 7 juta transaksi secara month on month (mom). Nah, dari jumlah tersebut sebanyak 131 juta transaksi berasal dari O/N. Sementara untuk satu minggu hanya sebesar 39 juta transaksi dan sisanya bertenor 1 bulan.
Sementara spread suku bunga tertinggi dan terendah PUAB Rupiah (overnight) masih relatif stabil dari bulan September-November 2019 yakni 15 basis poin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News