Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto
Herry Sidharta, Wakil Direktur Utama BNI mengatakan, pengetatan likuiditas sudah jadi isu beberapa tahun terakhir. Pasalnya, kredit tumbuh cukup tinggi terutama ada peningkatan permintaan dari sektor infrastruktur, namun tidak diimbangi dengan peningkatan DPK.
Baca Juga: Pengembang sambut baik penurunan suku bunga
"Likuiditas masih menjadi isu perbankan selama ini ditambah dengan penurunan suku bunga 7DRR yang dilakukan lembaga otoritas belakangan ini." ujarnya.
Dia mengakui, obligasi pemerintah turut jadi pesaing bank dalam mengumpulkan dana karena bunga yang ditawarkan cukup menarik. BNI memprediksi kondisi likuiditas perbankan sampai akhir tahun 2019 masih akan ketat, tetapi LDR dinilai masih akan berada pada batas aman dan ditargetkan sekitar 95%.
Untuk menjaga likuiditas, BNI akan lebih selektif dalam melakukan ekspansi kredit, menurunkan biaya dana mahal, serta meningkatkan flow penyerapan Giro dan Tabungan dari masyarakat dan nasabah eksisting.
Baca Juga: Dorong spin off UUS, OJK bakal terbitkan beleid sinergi perbankan
"Hal lain kami juga melakukan optimalisasi portofolio aset dengan mengoptimalkan aset dengan yield lebih tinggi." kata Herry.
Sementara Analis Samuel Sekuritas Suria Dharma menilai, likuiditas perbankan kian ketat lantaran sebagai dana masyarakat lari ke obligasi ritel yang diterbitkan pemerintah karena imbal hasil yang dijanjikan lebih tinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News