Reporter: Arthur Gideon,Magdalena Sihite | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Bukan rahasia lagi, saat ini banyak bank yang mengalami kesulitan likuiditas. Salah satu penyebabnya, perbankan agresif mengucurkan kredit. Namun hal itu tidak diimbangi oleh kenaikan Dana Pihak Ketiga (DPK). Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), pertumbuhan kredit perbankan mencapai 35% di semester pertama tahun 2008. Namun pertumbuhan DPK hanya 15% saja.
Oleh karena itu, perbankan pun berlomba untuk memberikan suku bunga simpanan yang menarik untuk menggaet dana masyarakat. Sebagian bank bahkan memberikan tawaran suku bunga di atas suku bunga penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang dipatok 8,75%. Bahkan, ada bank yang memberikan bunga deposito mencapai 11%. Ini membuat bank harus mengeluarkan biaya dana atau cost of fund lebih tinggi untuk membayar bunga simpanan tersebut.
Wakil Direktur Utama PT Bank Internasional Indonesia Tbk Sukatmo Padmosukarso mengatakan bahwa di BII sebelum BI menaikkan tingkat suku bunga untuk yang kelima kalinya dari 9,0% menjadi 9,25%, mereka sudah melakukan penyesuaian bunga simpanan. Hal ini dilakukan karena bank-bank lain juga sudah melakukan hal serupa. “Terutama untuk bunga deposito,” tuturnya hari ini (5/9).
Sukatmo menceritakan, bahwa saat ini, kisaran bunga deposito di BII hampir sama dengan yang ada di bank-bank lain yaitu sekitar 8% hingga 9%. Akan tetapi, kenaikan bunga simpanan tersebut tidak menggerus pendapatan bank. Hal tersebut juga mendongkrak naiknya bunga pinjaman.
Sementara itu, Direktur Bisnis Umum BRI Sudaryanto Sudargo mengatakan saat ini BRI juga ikut menaikkan bunga simpanannya. “Soalnya di pasar juga melakukan penyesuaian,” tuturnya. Sudaryanto mengatakan, jika BRI tidak melakukan penyesuaian, maka besar kemungkinan bahwa nanti mereka bakalan ditinggal oleh para nasabahnya. Oleh karena itu ongkos dana pun juga ikut naik. “Penyesuaian tersebut lebih banyak di bunga dana mahal. Saat ini bunga deposito BRI tidak berbeda jauh dengan BI rate yang berada di posisi 9,25%,” papar Sudaryanto panjang lebar.
Meski demikian, lanjut Sudaryanto, peningkatan ongkos dana tersebut tidak terlalu mahal. Karena selama ini penggalangan dana di BRI lebih banyak dari dana murah seperti tabungan dan giro.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News