Reporter: Magdalena Sihite,Sanny Cicilia | Editor: Test Test
JAKARTA. Ketatnya likuiditas di pasar ternyata berimbas juga ke pergerakan suku bunga semalam atawa overnight. Likuiditas yang seret membuat suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB) atau Overnight terus terkerek naik. Naiknya bunga overnight itu sudah terlihat dalam beberapa bulan terakhir.
Direktur Danareksa Research Institute (DRI) Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan, bunga Overnight terus bergerak naik sejak tiga sampai empat bulan terakhir. "Dalam kurun waktu tersebut, kenaikan sudah mencapai lebih dari 400 basis poin," ujarnya, kemarin. Bunga Overnight kini ada di kisaran 9%. Purbaya melihat, kondisi kekeringan likuiditas ini tidak diantisipasi Bank Indonesia (BI) ketika menyiapkan bunga overnight menjadi target operasi moneter. "Kalau bunga overnight terus naik, beban moneter bisa membengkak," paparnya.
Kata Purbaya, BI mestinya menerapkan perubahan kebijakan ini secara bertahap, sedikit-sedikit, dan tidak langsung mengalihkan sasaran operasi moneter dari suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) satu bulan ke bunga overnight. Direktur Treasuri LippoBank Gottfried Tampubolon menambahi, tingginya suku bunga overnight merefleksikan likuiditas di bank-bank. "Semakin seret likuiditas, semakin tinggi bunga overnight," katanya.
Menurut Gottfried, suku bunga overnight yang ditetapkan antarbank ini juga dipakai bank untuk mengimbangi ongkos bunga deposito yang terus menanjak. Soalnya, saat ini bank-bank sudah menaikkan bunga deposito untuk menarik dana masyarakat. "Bank paling sering menaikkan bunga deposito satu bulan. Bahkan sampai 12%," kata Gottfried.
Bunga Overnight Terjebak Tren Naik
Pergerakan bunga overnight ke depan terus tergantung pada likuiditas. Namun, Gottfried melihat, tidak ada tanda-tanda BI akan menurunkan suku bunga untuk meredam kenaikan bunga di bank. Alhasil, bunga overnight masih bisa menanjak lagi. Selain itu, masih ada kebutuhan-kebutuhan lainnya seperti pembelian dolar oleh Pertamina yang akan terus memperkurus likuiditas.
Purbaya menimpali, kekeringan likuiditas perbankan juga diperparah oleh tingginya rekening pemerintah di BI. Dalam catatannya, ada kenaikan rekening pemerintah di BI sebesar Rp 140 triliun dalam kurun waktu Februari 2008 sampai Juli 2008. Rinciannya, Rp 40 triliun berasal dari hasil penerbitan obligasi global pemerintah. Selebihnya dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). "Padahal dana tersebut sebaiknya disalurkan ke bank komersial untuk mengatasi kekeringan likuiditas," terangnya.
Analis perbankan Mirza Adityaswara mengatakan, bunga overnight memang terus menerus naik sejak Juni 2008. Bahkan, sebetulnya gejala seretnya likuiditas sudah mulai terlihat sejak April 2008. Kata Mirza, kebijakan bank sentral yang melakukan pengetatan likuiditas makin mendorong naiknya bunga overnight. Alhasil, bunga overnight kini terjebak dalam tren naik. Kemarin, bunga overnight bertengger di 9,125%. Sebelum likuiditas seret, bank bisa saling meminjam dengan bunga 300 basis poin di bawah BI rate. "Sekarang sudah sedikit di atas BI rate," kata Mirza.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News