Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menaikkan tingkat bunga penjaminan simpanan pada bank umum dan BPR. Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa menyatakan untuk bank umum, LPS mengerek bunga penjaminan valas 25 basis poin (bps) menjadi 2,00%.
Sedangkan untuk bunga penjaminan simpanan rupiah di bank umum ikut naik 25 bps menjadi 4,00%. Regulator perbankan ini juga menggerek 25 bps untuk bunga penjaminan simpanan bank perkreditan rakyat (BPR) maupun syariah (BPRS) menjadi 6,50%.
Suku bunga penjaminan ini akan berlaku mulai 1 Februari hingga 30 Mei 2023 mendatang. Adapun penetapan suku bunga penjaminan kali ini merupakan penetapan regular yang LPS lakukan sebanyak tiga pada Januari, Mei, dan September setiap tahunnya.
Purbaya menyatakan kebijakan itu LPS ambil melihat potensi kenaikan suku bunga perbankan yang lebih tinggi dalam merespon arah bank sentral. Juga memberikan ruang bagi perbankan dalam mengelola likuiditas bank.
Baca Juga: Ini Alasan BRI Memilih Model Bisnis Secara Hybrid
Seiring dengan itu, LPS juga mencermati perkembangan hingga penghujung 2022. Mulai dari kondisi perekonomian, perbankan, likuiditas, pasar keuangan hingga stabilitas sistem keuangan.
“LPS memantau pergerakan suku bunga simpanan perbankan nasional baik berdenominasi rupiah maupun valas yang terdapat tren kenaikan. Untuk perkembangan suku bunga pasar (SBP) rupiah terpantau naik 11 bps menjadi 2,95% pada periode 20 Desember 2022 hingga 16 Januari 2023, ujar Purbaya pada Kamis (26/1).
Ia menyatakan kenaikan ini menunjukkan perbankan telah merespon kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI). Namun, iya yakin kondisi likuiditas perbankan yang masih longgar akan mengerem kecepatan perbankan merespon kenaikan bunga bank sentral.
“SBP simpanan valas di periode yang sama, terpantau naik 11 bps menjadi 1,48%. Kenaikan SBP valas ini berlanjut sejalan dengan kenaikan suku bunga The Fed yang masih meningkat untuk atasi gejolak inflasi global khususnya di negara maju,” papar Purbaya.
Lalu kinerja industri perbankan terus tumbuh dan membaik sepanjang 2022 baik dari sisi permodalan, likuiditas, intermediasi keuangan. Fundamental kondisi perbankan relatif kuat ditunjukkan dengan rasio kecukupan modal minimum (CAR) terjaga di level 25,43% pada Desember 2022.
Sementara itu, LPS mencermati likuiditas perbankan tetap longgar tercermin dari alat likuid per non core deposit (AL/NCD) berada pada level 137,69%. Sedangkan alat likuid per dana pihak dana ketiga atau AL/DPK pada posisi 31,1%.
Baca Juga: Pacu Bisnis Konsumer, BNI Gandeng LOTTE Mart Rilis Kartu Kredit Nir Sentuh
Adapun kinerja intermediasi keuangan terus membaik lantaran kredit bank tumbuh 11,35% secara tahunan menjadi Rp 6.424 triliun. Sedangkan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 9,01% menjadi Rp 8.154 triliun di tahun lalu.
“Pemulihan kinerja tersebut diikuti oleh pengelolaan kredit yang tercermin dari rasio gross non performing loan (NPL) terkendali pada level 2,44%. Sedangkan loan at risk (LAR) terus turun berada pada level 14,05%,” pungkas Purbaya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News