Reporter: Adisti Dini Indreswari |
JAKARTA. Perusahaan pembiayaan khusus sepeda motor, Mandala Multifinance berharap porsi pembiayaan syariahnya tahun depan bisa bertambah menjadi 20% atau senilai Rp 1 triliun. Tahun ini, pembiayaan syariah yang diperkirakan sebesar Rp 700 miliar sampai akhir tahun baru menelan porsi 18% dari seluruh pembiayaan yang disalurkan Mandala.
Mandala baru mengantongi pinjaman sindikasi dari sejumlah lembaga keuangan syariah asing senilai US$ 25 juta. Pinjaman ini rencananya akan digunakan untuk membidik segmen usaha kecil dan menengah (UKM).
Anggota sindikasi terdiri dari Islamic Corporation for the Development of the Private sector (ICD), Islamic Corporation for Insurance of Investment and Export Credit (ICIEC), Kuwait Finance House Berhad (KFH), dan Unit Investment Fund (UIF) dengan ICD selaku pemimpin sindikasi. ICD merupakan bagian dari Islamic Develompent Bank Group yang bermarkas di Jeddah, Saudi Arabia.
Pinjaman dengan akad murabahah ini memiliki jangka waktu empat tahun. Presiden Direktur Mandala Harryjanto Lasmana bilang akan menggunakan pinjaman untuk membiayai 25.000 unit sepeda motor untuk segmen UKM. Seluruhnya merupakan sepeda motor baru.
"Sepeda motor bisa digunakan untuk angkutan dagang pelaku UKM," ujar Harry usai penandatanganan perjanjian kerjasama di Jakarta, Senin (14/11). Sektor UKM yang disebut Harry antara lain agribisnis, bioteknologi, pendidikan, jasa keuangan, manufaktur umum, kesehatan, teknologi informasi dan multimedia, serta minyak dan gas.
Untuk menutup kebutuhan dana pembiayaan syariahnya, Mandala sudah menjalin kerjasama dengan sejumlah bank syariah dalam negeri antara lain bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Muamalat, Bank Permata, Bank CIMB Niaga, Maybank, dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah. "Tahun depan mungkin ada penambahan fasilitas," ungkap Harry. "Kami terbuka."
Sayangnya Harry mengaku belum menghitung kebutuhan dana tahun depan untuk seluruh pembiayaan konvensional dan syariah. Namun dia memperkirakan kenaikannya 20%-30% dari tahun ini, sebanding dengan pertumbuhan target pembiayaan yang dicanangkan.
Tahun ini, ketatnya kompetisi di pasar membuat Mandala terpaksa memangkas target penyaluran pembiayaannya dari Rp 5,5 triliun menjadi Rp 4 triliun. Angka ini hanya meningkat tipis dari pencapaian tahun lalu, yaitu Rp 3,7 triliun.
Sampai dengan akhir Oktober, pembiayaan baru Mandala hanya tumbuh 5% dari periode yang sama tahun lalu, menjadi Rp 3,4 triliun. "Kami konsentrasi masalah uang muka," jelas Harry. Padahal, non performing loan (NPL) Mandala masih terbilang rendah di angka 1,2%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News