Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Sofyan Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) kini tengah meratifikasi protokol terkait ASEAN Framework Agreement of Services (AFAS). Dalam protokol itu, dibahas juga terkait komitmen Indonesia untuk melaksanakan integrasi perbankan ASEAN atau ASEAN Banking Integration Framework (ABIF). Hal tersebut merupakan kelanjutan pasca kesepakatan antara Indonesia dan negara ASEAN terkait Qualified ASEAN Banking (QAB).
Ada dua bank dari Indonesia yang menyatakan minatnya untuk melakukan ekspansi pembukaan cabang di kawasan ASEAN yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI).
Direktur Tresuri Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengatakan, pihaknya memang tetap merencanakan hal tersebut. Hanya saja, Bank Mandiri masih harus melakukan kajian terkait negara ASEAN mana yang akan dijadikan sasaran ekspansi.
Pun, bank berlogo pita emas ini masih menunggu ratifikasi pemerintah pada ABIF selesai dibahas. "Kami masih menunggu ratifikasi pemerintah pada ABIF selesai. Kajian bisnis kini sedang dikerjakan," katanya kepada Kontan.co.id, Jumat (9/3).
Sementara itu, Direktur Perencanaan dan Operasional BNI Bob Tyasika Ananta menjelaskan dalam rencana bisnis bank (RBB) tahun 2018 BNI belum memasukkan keinginan untuk ekspansi.
Tapi yang jelas, BNI tetap berkeinginan untuk melebarkan sayap di pasar ASEAN apabila ada kesempatan. "Sampai saat ini, khususnya 2018, rasanya belum ada rencana itu dalam pipeline. Tapi tentunya kemungkinan itu tetap terbuka jika memang ada kesempatannya," kata Bob.
Sebelumnya, Bank Mandiri dikabarkan tengah merencanakan untuk membuka cabang penuh di Malaysia. Sementara BNI, masih mengkaji kawasan-kawasan yang dijadikan tujuan ekspansi,
Adapun, saat ini BNI sudah memiliki 6 kantor cabang di luar negeri yakni Hong Kong, London, New York, Singapura, Tokyo dan satu kantor fungsional di Osaka.
Selain bank plat merah, bank swasta terbesar di Indonesia yakni PT Bank Central Asia Tbk (BCA) pun digadang-gadang sebagai perwakilan QAB dari Indonesia.
Namun Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja pun menegaskan pihaknya tidak berencana untuk melebarkan sayap di pasar ASEAN. Menurutnya, dalam penerapan bisnisnya BCA menganut sistem aliansi antar bank di Asia. Jahja memberikan contoh, beberapa bank yang telah menjadi aliansi BCA di Asia antara lain kerjasama remitansi dengan bank di Malaysia, kantor representatif di Hong Kong, Singapura dan juga beberapa bank di Korea Selatan seperti Hanna Bank, Bank Woori dan Jepang.
"Dalam hal ini, kami memang pemain nasional. BCA belum terlalu besar untuk masuk ke pasar regional. Lain dari itu, kami menganut prinsip aliansi. Kalau kami butuh informasi kami minta ke aliansi kami dan begitu sebaliknya," katanya saat ditemui di Jakarta, Kamis (8/3).
Di sisi lain, BCA juga tidak ingin bersaing dengan bank dari Indonesia seperti BNI dan Mandiri di pasar Asia. Jahja menambahkan, untuk pasar ASEAN, kedua bank tersebut dinilai sudah cukup untuk memperluas bisnis.
"Kalau sudah ada dua bank itu (BNI dan Mandiri) sudah cukup. Kalau BCA juga masuk, persaingannya besar. Kami tetap pemain lokal, untuk regional cukup dengan aliansi," tambahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News