kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.919   11,00   0,07%
  • IDX 7.199   58,00   0,81%
  • KOMPAS100 1.106   10,86   0,99%
  • LQ45 878   11,76   1,36%
  • ISSI 220   0,63   0,29%
  • IDX30 449   6,24   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,54   1,04%
  • IDX80 127   1,40   1,11%
  • IDXV30 134   0,16   0,12%
  • IDXQ30 149   1,66   1,12%

Manisnya Bisnis Gula Merah di Desa BRILiaN Megulung Kidul


Jumat, 05 Januari 2024 / 15:29 WIB
Manisnya Bisnis Gula Merah di Desa BRILiaN Megulung Kidul
ILUSTRASI. Kontan - BRI Kilas Ultra Mikro Online


Reporter: Dendi Siswanto, Harris Hadinata, Tim KONTAN | Editor: Ridwal Prima Gozal

KONTAN.CO.ID - PURWOREJO. Di lahan-lahan sekitar rumah warga di Desa Megulung Kidul, kita akan mudah mendapati pohon kelapa. Maklum, kelapa memang jadi salah satu komoditas andalan desa yang terletak di Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, ini.

Hasil dari tanaman kelapa tersebut digunakan untuk berbagai kebutuhan. Salah satunya adalah sebagai bahan baku pembuatan gula merah. Sekadar informasi, industri gula merah merupakan salah satu klaster usaha unggulan di Desa Megulung Kidul.

Salah satu pemilik usaha pengelola usaha produksi gula merah di Megulung Kidul adalah Chafid. Ia membantu orangtuanya mengelola bisnis produksi gula merah dari nira.

Baca Juga: Mengenal Lebih Dekat Apa itu Produk Pegadaian Segmen Ultra Mikro

Menurut Chafid, usaha gula merah yang ia jalani sudah ada sejak lama. “Pemiliknya seudah berganti-ganti sebelumnya, kemudian orangtua saya ambil alih. Orangtua saya sudah menjalankan bisnis ini di sini sejak 13 tahun yang lalu,” tutur dia.

Industri gula merah rumahan yang dikelola Chafid ini bisa memproduksi sekitar 17 kilogram (kg) gula merah dalam satu kali produksi. “Jadwal produksinya, dalam tiga hari itu kami ada dua kali produksi gula merah,” papar dia.

Chafid tidak bisa memproduksi gula merah setiap hari lantaran harus menunggu nira kelapa yang terkumpul mencukupi. Pekerja di tempat Chafid biasanya mengumpulkan nira di pagi hari. Bila nira di hari tersebut belum mencukupi, maka produksi gula merah tidak dilakukan.

Tempat pembuatan gula merah Chafid tidak hanya mengandalkan pohon kelapa yang dimiliki keluarganya sendiri. “Kami juga mengambil dari warga lain, sistemnya kami sewa pohon,” terang dia.

Gula merah hasil produksi tersebut kemudian akan dijual kepada pengepul. Biasanya, setiap 10 hari sekali, pengepul akan datang.

Harga rata-ratanya sebesar Rp 17.000 per kg. “Tapi harganya relatif, bisa berubah-ubah, pernah jadi sekitar Rp 12.000,” papar Chafid.

Menurut dia, harga gula merah ini juga dipengaruhi kualitas gula dan jumlah pasokan. Bila pasokan di pasaran sedang banyak, pengepul kerap mengambil dengan harga lebih murah.

Begitu juga bila kualitas gula merah sedang kurang bagus. Kualitas gula merah bisa menurun antara lain karena kualitas nira kurang oke. “Di musim hujan, kalau lagi hujan itu bisa jadi kurang bagus,” tutur Chafid.

Dengan asumsi Chafid memproduksi gula merah 20 kali sebulan, maka dalam satu bulan ia bisa memperoleh pendapatan sekitar Rp 5 juta. Ini dengan asumsi gula merah dijual di harga rata-rata Rp 17.000 per kg.

Malik Khairul Anam, Kepala Desa Megulung Kidul, menuturkan, gula merah ini menjadi salah satu klaster usaha di desanya yang akan mendapat pengembangan khusus. Pengembangan ini dilakukan setelah Desa Megulung Kidul menjadi Desa BRILiaN, program pemberdayaan desa yang digelar BRI.

Baca Juga: BRI Bagi Dana Rp 1 Miliar Bagi Desa BRILian Megulung Kidul, Begini Pemanfaatannya

Dengan menjadi Desa BRILiaN, Desa Megulung Kidul mendapat berbagai keuntungan, termasuk mendapat bantuan dana dari BRI senilai Rp 1 miliar. Dana tersebut antara lain digunakan untuk pengembangan BUMDes dan pemberdayaan UMKM, terutama UMKM yang masuk klaster usaha.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×