Reporter: Dendi Siswanto, Harris Hadinata, Tim KONTAN | Editor: Ridwal Prima Gozal
KONTAN.CO.ID - PURWOREJO. Di antara deretan rumah dengan pekarangan luas di Desa Megulung Kidul, Jawa Tengah, satu rumah tampak menarik perhatian. Tampak beberapa helai kain lebar dengan corak batik tengah dijemur di depan rumah tersebut.
Di balik kain tersebut. ada papan nama bertuliskan Rizqie Batik Tulis. Rumah ini merupakan tempat produksi batik tulis khas Purworejo.
Batik Tulis Rizqie ini cukup tenar, lo. Salah satu pelanggannya adalah calon presiden Ganjar Pranowo. Ganjar pernah memesan batik dengan motif banteng di tempat ini.
Batik Tulis Rizqie ini memulai bisnisnya sejak tahun 2013 silam. Winarsih, pemilik usaha Batik Tulis Rizqie, mengatakan, dulunya di Desa Megulung Kidul banyak warganya yang menjalankan usaha batik, setelah mengikuti pelatihan dari Karang Taruna.
Baca Juga: Agen BRILink Kini Ikut Membantu Menyalurkan Pinjaman Usaha Ultra Mikro
Sayangnya, hingga sampai saat ini, hanya usaha Batik Tulis Rizqie yang masih bertahan. "Dulu tiap RT ada anggotanya, tapi karena sesuatu hal, ada yang bilang setelah pelatihan tidak ada waktu, ada yang bilang setelah pelatihan terus sibuk karena kegiatan yang lain, jadinya enggak terjun lagi ke dunia batik. Tinggal tersisa saya," kisah Narsih.
Wajar saja, untuk menjalankan usaha batik tulis, perlu keuletan dan kesabaran. Pasalnya, untuk menyelesaikan satu kain batik dengan ukuran 2 meter saja, butuh waktu pengerjaan sekitar seminggu. “Tapi ini tergantung motif dan warna juga,” terang Narsih.
Perempuan yang juga berprofesi sebagai guru ini mengaku tak hanya menerima orderan di wilayah Megulung Kidul. Ia juga sempat menerima pesanan batik dari Kupang.
Per kainnya, Narsih menjual produk hasil buatannya di kisaran Rp 200.000 per lembar. Namun, semakin sulit dan banyak motif yang dipesan, maka harganya juga akan semakin mahal. "Semakin banyak motif, semakin banyak warna maka semakin mahal," katanya.
Narsih mencontohkan batik yang dipesan oleh Ganjar Pranowo, pada saat masih menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah. Harganya mencapai Rp 1,5 juta per kain. Yang membuat kain batiknya mahal lantaran warna yang digunakan berasal dari bahan alami yang berasal dari rebusan daun jati.
Selain memproduksi batik tulis, Narsih juga membuat inovasi dengan membuat batik dari bahan-bahan alami dan ramah lingkungan. Istilahnya ecoprint.
Narsih bercerita, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Megulung Kidul juga berperan dalam mendukung pengembangan usahanya. Salah satunya adalah dengan bantuan pemasaran serta keikutsertaan dalam program-program di BUMDes.
"Misalnya di BUMDes ada acara apa, kita ikut kesana. Pemasarannya di BUMDes," imbuh Narsih.
Baca Juga: Pegadaian Meningkatkan Inovasi Layanan Ultra Mikro Demi Terus Memperluas Inklusi
Malik Khairul Anam, Kepala Desa Megulung Kidul, menuturkan, batik tulis ini menjadi salah satu klaster usaha di desanya yang akan mendapat pengembangan khusus. Pengembangan ini dilakukan setelah Desa Megulung Kidul menjadi Desa BRIlian, program pemberdayaan desa yang digelar BRI.
Dengan menjadi Desa BRIlian, Desa Megulung Kidul mendapat berbagai keuntungan, termasuk mendapat bantuan dana dari BRI senilai Rp 1 miliar. Dana tersebut antara lain digunakan untuk pengembangan BUMDes dan pemberdayaan UMKM, terutama UMKM yang masuk klaster usaha.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News