Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Anna Suci Perwitasari
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, posisi permodalan BCA solid dengan likuiditas yang sehat. Sepanjang triwulan pertama ini BBCA mencatat pertumbuhan kredit yang positif secara triwulanan terutama didukung segmen korporasi, dibandingkan dengan pertumbuhan kuartalan yang negatif pada Maret tahun lalu.
"Dalam kondisi saat ini, kami berkomitmen membantu nasabah yang kompeten dalam melalui situasi ekonomi yang tidak menentu akibat dampak pandemi Covid-19. Kami hingga saat ini sedang memproses restrukturisasi kredit kepada nasabah tertentu dalam tiap segmen agar mencapai keberhasilan pemulihan," kata Jahja, Rabu (27/5).
Pada saat bersamaan, BCA melakukan upaya strategis bagi debitur yang terdampak pandemi. Hingga pertengahan Mei 2020, BCA sedang memproses restrukturisasi kredit sekitar Rp 65 triliun hingga Rp 82,6 triliun, setara dengan 10%-14% dari keseluruhan portofolio kredit, yang berasal dari sekitar 72.000 debitur atau 10% dari total debitur seluruh segmen.
Baca Juga: Bank besar nikmati pertumbuhan dana jumbo selama pandemi Covid-19
Upaya ini sejalan dengan inisiatif pemerintah dalam mendukung kelanjutan usaha pelaku bisnis dan perekonomian nasional. BCA melihat ada potensi peningkatan jumlah restrukturisasi kredit beberapa bulan ke depan hingga sekitar 20-30% dari total kredit yang berasal dari 250.000 – 300.000 debitur.
Kepercayaan nasabah dan upaya yang konsisten meningkatkan keunggulan franchise perbankan transaksi BCA menopang pertumbuhan dana CASA yang solid. Pada Maret 2020, dana CASA BCA tumbuh 17,3% yoy, mencapai Rp 568,5 triliun dan berkontribusi sebesar 76,7% dari total dana pihak ketiga.
Jumlah rekening juga menunjukkan tren kenaikan, yaitu sebesar 13,7% yoy mencapai 22 juta rekening, karena turut didukung layanan pembukaan rekening online. Deposito tumbuh tinggi sebesar 15,1% yoy mencapai Rp 172,5 triliun, meskipun terdapat tren penurunan suku bunga deposito.
Total dana pihak ketiga BBCA juga meningkat 16,8% yoy menjadi Rp 741,0 triliun. Posisi likuiditas tetap kokoh dengan rasio LDR sebesar 77,6%.