kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Margin Bunga Perbankan Kian Melar


Minggu, 08 Januari 2023 / 17:32 WIB
Margin Bunga Perbankan Kian Melar


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tingkat profitabilitas perbankan di Tanah Air masih tinggi meskipun dihadapkan dengan berbagai tantangan ekonomi global. Itu tercermin dari capaian margin bunga bersih atau Net Interest Margin (NIM).

NIM merupakan salah satu indikator profitabilitas dan pertumbuhan bank, dimana NIM menunjukkan jumlah uang yang diperoleh bank dari bunga pinjaman dibandingkan dengan jumlah yang dibayarkan untuk bunga simpanan.

PT Bank Mandiri (BMRI) menargetkan, realisasi NIM pada tahun 2022 cukup baik dan sejalan dengan target internal perusahaan, yakni antara 5,1-5,5% secara konsolidasi, dengan posisi September 2022 pada level sekitar 5,4%.

Direktur Keuangan dan Strategi Sigit Prastowo juga menargetkan NIM yang stabil di tahun 2023 atau mungkin sedikit membaik daripada posisi full-year 2022. Menurutnya, kenaikan suku bunga BI rate sejauh ini tentu akan menyebabkan kenaikan pada biaya dana.

Baca Juga: Ini Sederet Pencapaian BNI Sekuritas pada 2022 dan Rencana Bisnis Tahun Ini

"Namun, dengan posisi CASA ratio bank Mandiri yang tinggi (77% per November 2022), kami yakin bahwa kenaikan biaya dana dapat dibatasi. Di lain sisi, kenaikan biaya dana dapat kami offset dengan upaya kami dalam meningkatkan bunga pinjaman sesuai kapasitas nasabah kami," papar Sigit kepada kontan.co.id.

Dalam menjaga NIM di tahun ini, pihaknya menerapkan strategi dengan menjaga CASA ratio yang tinggi, memastikan tingkat likuiditas yang sehat dan beberapa upaya repricing bunga pinjaman.

Adapun PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menargetkan NIM akan tumbuh signifikan tahun 2023. BRI akan terus berupaya agar NIM dapat terjaga pada level optimum, namun di sisi lain BRI juga akan terus meningkatkan pendapatan berbasis komisi (fee based income) untuk memperkuat bottom line kinerja. 

Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto mengatakan, perbaikan NIM memang sudah terlihat di akhir Kuartal III/2022 tercatat NIM BRI (konsolidasian) sebesar 8,21%, angka ini tercatat naik dibandingkan dengan NIM BRI (konsolidasian) di akhir Kuartal III 2021 sebesar 7,38%.

"Strategi BRI dalam menjaga NIM, secara garis besar terdapat dua cara, yakni Focus on High Yield Loan dan Efficient Liability Growth Through CASA," kata Aes.

Menurutnya, BRI akan fokus untuk bertumbuh pada pinjaman-pinjaman yang memiliki high yield, yaitu segmen mikro dan consumer loan. Selain itu, dalam menghadapi kenaikan suku bunga, BRI berencana untuk meningkatkan CASA secara gradual dari 63% di tahun 2021, menjadi 66% pada 2024 dengan cara, wholesale transaction, penetrasi digital saving BRI, dan hyperlocal ecosystem pada segmen mikro.

Sementara itu, selama sembilan bulan pertama tahun 2022, NIM PT Bank Central Asia atau BCA tercatat sebesar 5,1%, lebih tinggi dibandingkan 5,0% pada enam bulan pertama tahun 2022. Perseroan berharap tren kenaikan ini berlanjut hingga akhir tahun 2022.

Executive Vice President Corporate Communication & Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn menjelaskan, tren kenaikan NIM sejalan dengan pertumbuhan kredit yang berkualitas dan likuiditas yang solid. Per September 2022, total kredit BCA naik 12,6% YoY menjadi Rp 682,0 triliun. Pertumbuhan kredit BCA terjadi di seluruh segmen sejalan dengan pemulihan yang semakin luas di berbagai sektor ekonomi.

Pertumbuhan kredit BCA diikuti oleh perbaikan kualitas pinjaman, sejalan dengan portofolio kredit yang direstrukturisasi berangsur kembali ke pembayaran normal. Rasio loan at risk (LAR) turun ke 11,7% di sembilan bulan pertama tahun 2022, dibandingkan 17,1% di tahun sebelumnya. Sementara itu, rasio kredit bermasalah (NPL) terjaga sebesar 2,2%.

Baca Juga: Setelah IPO Bank Sumut Bakal Kebut Ekspansi Kredit hingga Perkuat Layanan Digital

"BCA berharap pertumbuhan total kredit akan tumbuh di kisaran 8%-10% di tahun 2022, ditopang oleh likuiditas yang masih memadai dan harapan akan pemulihan ekonomi yang terus berjalan," ujar Hera.

Di sisi pendanaan, CASA naik 15,1% YoY mencapai Rp 830,4 triliun per September 2022, berkontribusi hingga 81% dari total dana pihak ketiga. Pertumbuhan CASA menjadi penopang utama bagi kenaikan total dana pihak ketiga mencapai Rp 1.026 triliun, atau tumbuh 11,0% YoY.

Ke depan, Perseroan akan mengkaji dampak kenaikan suku bunga BI 7days Reverse Repo Rate, serta menyiapkan strategi yang tepat untuk senantiasa memberikan nilai tambah dan layanan yang optimal bagi segenap nasabah dan masyarakat.

"BCA juga senantiasa berkomitmen mendukung pemulihan perekonomian nasional, salah satunya dengan menyalurkan kredit secara prudent dan tetap mengkaji peluang serta mempertimbangkan prinsip kehati-hatian," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet

[X]
×