Reporter: Nurul Kolbi, Roy Franedya |
JAKARTA. TPG Nusantara, perusahaan private equity, sungguh beruntung. Investasi mereka di PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) tumbuh mekar dalam kurun empat tahun. Lihat saja, aset bank ini melonjak 331% selama periode Desember 2008 hingga Desember 2012.
Yang mencengangkan laba bersihnya. Desember 2008, bank spesialis mikro ini hanya meraup laba Rp 378 miliar. Tapi empat tahun berselang, laba menembus Rp 2 triliun. Ada lonjakan 421%. Harga saham tentu sejalan dengan peningkatan kinerja.
TPG berpeluang besar menikmati gain, jika mau menerima pinangan investor. Dari sisi aturan Bank Indonesia, mereka juga sudah boleh menjual saham mayoritasnya di BTPN pada tahun ini.
TPG membeli 71,61% saham BTPN pada 14 Maret 2008 seharga US$ 195 juta. Sebagai pemegang saham pengendali, mereka harus mempertahankan kepemilikan (lock up period) selama lima tahun alias berakhir Maret 2013 ini.
Ditawar Rp 15,4 triliun
Di saat muncul kesempatan keluar dari BTPN, berhembus kabar Mitsubishi UFJ Financial Group Inc, salah satu bank terbesar di Jepang, berniat menjadi pembelinya. Nilai akuisisi diperkirakan mencapai US$ 1,6 miliar atau sekitar Rp 15,4 triliun.
Namun, belum diketahui berapa jumlah saham yang akan diborong. "TPG pun belum menyetujui dan berencana melepas sahamnya lewat penawaran umum," kata sumber Bloomberg, Kamis, (7/3) .
Jika transaksi ini terwujud, Mitsubishi UFJ bakal memegang rekor nilai investasi asing tertinggi kedua di sektor perbankan di Indonesia. Rekor transaksi terbesar masih dipegang bank asal Singapura, DBS Group Holding, yang mebeli saham PT Bank Danamon senilai US$ 6,8 miliar. Namun, proses akuisisi Danamon masih terganjal di BI.
Mitsubishi UFJ sebelumnya telah mengumumkan rencana ekspansi ke Asia Tenggara. Mereka siap membelanjakan dana US$ 16,4 miliar untuk mengakuisi bank-bank di kawasan ini. Selain menguntungkan, BTPN menjadi incaran lantaran masa lock up period pemiliknya juga berakhir tahun ini.
Direktur Kepatuhan BTPN, Anika Faisal, mengaku tidak tahu menahu kelanjutan investasi ultimate shareholdernya di BTPN. "Masa lock up memang berakhir Maret ini. Tapi, kami belum terinformasikan rencana penjualan saham, termasuk negosiasi dengan Mitsubishi," katanya.
Kepala Riset BNI securities, Norico Gaman, menilai ada dua hal yang membuat investor asing tertarik pada BTPN. Pertama, pasar BTPN spesifik di kalangan pensiunan. Potensi kredit macet debitur pensiunan rendah. Ini berdampak ke perolehan laba.
Kedua, adanya keinginan pemilik untuk melepas sahamnya. Maklum TPG merupakan private equity yang punya kecenderungan membenahi perusahaan yang sedang bermasalah, kemudian menjualnya ketika kondisi perusahaan sudah bagus. "Saat ini semua harga saham perbankan sedang menguat dan ini menjadi momentum mereka melepas saham di harga terbaik," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News