Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Tren perlambatan pertumbuhan simpanan masyarakat kelas menengah bawah di perbankan diproyeksikan masih akan berlanjut di paruh pertama tahun 2025. Salah satu penyebabnya adalah fenomena makan tabungan hingga menurunnya daya beli.
Mengutip hasil survei konsumen Bank Indonesia (BI), indeks tabungan kelompok menengah pada Februari 2025 mencapai 100,7. Tingkat tabungan kelompok ini merupakan yang terendah sejak Maret 2024. Pada Februari 2024 mencapai 100,5.
Adapun proporsi tabungan tercatat sebesar 14,7% atau terendah sejak Desember 2021 yang pada saat itu sebesar 14,1%.
Jika dilihat lebih rinci, hampir keseluruhan kelompok pengeluaran mengalami penurunan proporsi tabungan. Seperti kelompok pengeluaran Rp 1 juta-Rp 2 juta memiliki porsi tabungan sebesar 15,3% atau sama dengan Januari 2024.
Hal serupa datang dari kelompok pengeluaran Rp 2,1 juta-Rp 3 juta dengan porsi tabungan sebesar 13,4% atau lebih rendah dibandingkan Januari 2024 yang pada saat itu masih dilevel 16,2%. Begitu pula dengan kelompok pengeluaran Rp3,1 juta-Rp 4 juta yang tampak hanya sebesar 14,4% pada Februari 2025 atau terendah sejak Desember 2021.
Hal ini juga terjadi pada kelompok pengeluaran lebih dari Rp 5 juta yang menunjukkan porsi tabungan yang terus menurun yakni dari 19,3% pada Januari 2024 menjadi 16,3% pada Februari 2025.
Baca Juga: PHK Marak, Tabungan Masyarakat Menengah Bawah di Bank Tergerus
Para bankir juga membenarkan adanya perlambatan simpanan kelas menengah bawah pada awal tahun ini.
Direktur SME & Retail Funding Bank Tabungan Negara (BTN) Muhammad Iqbal mengatakan, kondisi perlambatan pertumbuhan DPK di sektor perbankan dapat mencerminkan kondisi tabungan masyarakat, termasuk juga masyarakat kelas menengah ke bawah.
"Indikator tingkat pertumbuhan Indeks Harga Konsumern (IHK) yang negatif 0,09% YoY pada Februari 2025 menunjukkan masih rendahnya daya beli masyarakat dan dapat menggambarkan penggunaan tabungan untuk kebutuhan sehari-hari meningkat," tutur Iqbal kepada kontan.co.id, Selasa (18/3).
Walau demikian, pada tahun ini BTN tetap optimistis dan menargetkan pertumbuhan DPK ritel sebesar 18,53% dari posisi akhir 2024 dengan ditopang dari produk tabungan sebesar 55%.
Dalam menggenjot produk simpanan, BTN disebut akan memperkuat layanan melalui digitalisasi proses dan produk, serta terus meningkatkan fitur-fitur produk tabungan untuk dapat membantu kebutuhan transaksional nasabah.
Tak berbeda, SVP Retail Deposit Product and Solution Bank Mandiri Evi Dempowati juga menyampaikan, simpanan masyarakat menengah ke bawah masih menghadapi tantangan akibat tekanan ekonomi, seperti meningkatnya biaya hidup dan melemahnya daya beli.
"Fenomena "makan tabungan" masih terjadi di segmen tertentu, namun posisi Februari 2025 Bank Mandiri masih tetap mencatatkan pertumbuhan positif di Tabungan sebesar 14,5% YoY," kata Evi.
Di tengah kondisi ekonomi yang masih dinamis, tren simpanan masyarakat menengah ke bawah diperkirakan akan tetap fluktuatif. Meskipun ada potensi tekanan dari inflasi dan peningkatan angka PHK, Bank Mandiri tetap optimis dapat menjaga pertumbuhan simpanan dengan menargetkan pertumbuhan tabungan double digit di tahun 2025.
Untuk mencapai target tersebut, Bank Mandiri menerapkan beberapa strategi, antara lain digitalisasi layanan perbankan dengan Livin’ by Mandiri untuk meningkatkan aksesibilitas dan kenyamanan nasabah dalam mengelola tabungan. Lalu, pengembangan produk tabungan yang lebih fleksibel dengan fitur dan insentif menarik agar lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Selain itu melakukan edukasi dan literasi keuangan guna meningkatkan kesadaran menabung dan pengelolaan keuangan yang lebih baik, kolaborasi dengan fintech, e-commerce, dan sektor riil untuk memperluas ekosistem keuangan serta mendorong inklusi keuangan.
"Dengan strategi tersebut, kami optimis dapat menjaga pertumbuhan simpanan yang sehat dan berkontribusi dalam memperkuat ketahanan keuangan masyarakat Indonesia," kata Evi.
Baca Juga: Bertahan Hidup, Kelas Menengah Memilih Makan Tabungan DIbanding Berutang
Adapun Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan mengakui, di CIMB Niaga pada Januari 2025 tabungan hanya tumbuh sekitar 2%.
"Segment nasabah CIMB majority mass middle segment jadi sangat sedikit segment mikro. Namun CIMB melihat relatif tidak ada pertumbuhan. Kecuali dari segment UKM yang masih tumbuh sekitar 30% karena juga dipakai secara tradisional untuk usaha kecil," jelasnya.
Tahun ini CIMB Niaga berharap tabungan masih bisa tumbuh di sekitar 5%.
Selanjutnya: Everpro Dorong Peningkatkan Penjualan UMKM di Bulan Ramadan
Menarik Dibaca: Kota Jogja Dominan Cerah Besok, Begini Ramalan Cuaca Wilayah DIY
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News