Reporter: Annisa Aninditya Wibawa |
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat, cadangan devisa (cadev) per Mei menurun. Per April, cadev berada di posisi US$ 107,269 miliar.
Namun sebulan kemudian kembali turun menjadi US$ 105 miliar. "Ini adalah posisi Mei kita," ucap Gubernur BI, Agus Martowardojo, Jumat, (7/6).
Menurutnya, penurunan cadev ini merupakan upaya bank sentral dalam menjalani operasi moneter. Namun, Agus menyatakan cadev kemungkinan kembali tertekan jika Amerika Serikat (AS) menahan stimulus atau quantitative easing dipercepat penyelesaiannya. Selain itu, ada juga defisit perdagangan dari AS yang membesar.
Untungnya, Perdana Menteri Jepang menyebut bahwa ia akan memberi stimulus lebih baik lagi bagi perdagangan. Sehingga ini semua akan berdampak pada negara-negara lain termasuk Indonesia.
Untuk cadev bulan ini, Agus merasa optimis. Menurutnya, Indonesia masih banyak memiliki eksportir yang kuat. Jadi, adanya aliran dana adalah sesuatu hal yang normal.
"BI akan selalu melihat pasar. Kalau perlu, akan menjaga kepercayaan pasar. Proses permintaan dan penawaran kita berikan di pasar, supaya sehat," ucapnya.
Meski begitu, Agus menolak untuk memberi paparan lebih lanjut. Ia menyebut bahwa BI masih sibuk melihat pembahasan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Selain itu, bank sentral juga masih mengamati inflasi.
"Inflasi Mei kemarin cukup baik. Dalam arti ada deflasi. Kami juga mempersiapkan bersama dengan pemerintah dan Pemerintah Daerah (Pemda) supaya bulan Juni inflasi dapat betul-betul terjaga. Apalagi kalau sudah masuk bulan Ramadan," sebutnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News