Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyaluran kredit perbankan di Indonesia pada Februari 2020 tercatat mengalami pertumbuhan 5,93% secara year on year (YoY). Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat realisasi itu melambat dari bulan sebelumnya yang tercatat tumbuh 6,1% YoY.
Deputi Komisioner Humas dan Logistik OJK Anto Prabowo mengatakan, kinerja intermediasi lembaga jasa keuangan Februari 2020 bergerak sejalan dengan perkembangan yang terjadi di perekonomian domestik.
Baca Juga: Hadapi dampak covid-19, OJK siapkan lima kebijakan ini terhadap industri non bank
Penyaluran kredit pada Februari ditopang oleh kredit investasi yang tetap tumbuh double digit di level 10,29% YoY. Profil risiko kredit masih terjaga meskipun rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) secara gross naik menjadi 2,79% dari 2,77% pada Januari. Sedangkan NPL net turun tipis jadi 1,00% dari 1,04%.
Sementara dari sisi penghimpunan dana, Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan tumbuh sebesar 6,80% yoy, lebih tinggi dari pertumbuhan kredit. Capaian itu sama dengan periode bulan sebelumnya.
Risiko nilai tukar perbankan berada pada level yang rendah pada Februari 2020, dengan rasio Posisi Devisa Neto (PDN) sebesar 2,35%, jauh di bawah ambang batas ketentuan sebesar 20%.
Likuiditas dan permodalan perbankan berada pada level yang memadai. Liquidity coverage ratio dan rasio alat likuid/non-core deposit masing-masing sebesar 212,30% dan 108,12%, jauh di atas threshold masing-masing sebesar 100% dan 50%.
Permodalan lembaga jasa keuangan terjaga stabil pada level yang tinggi. Capital Adequacy Ratio (CAR) perbankan sebesar 22,42%. Pada Januari, CAR tercatat sebesar 22,83%.
Baca Juga: Bunga deposito BTN paling tinggi, cek bunga deposito terbaru bank di akhir pekan
"OJK menilai stabilitas sektor jasa keuangan sampai Maret masih dalam kondisi terjaga dengan intermediasi sektor ini masih membukukan kinerja positif dan profil risiko industri jasa keuangan tetap terkendali meski perekonomian tertekan akibat merebaknya virus corona di banyak negara," kata Anto dalam keterangan resmi OJK, Jumat (27/3).
OJK sejak Februari lalu juga telah mengeluarkan berbagai kebijakan stimulus perekonomian di sektor perbankan, pasar modal dan industri keuangan non bank yang diharapkan menjadi countercyclical dampak penyebaran virus corona sehingga bisa mendorong optimalisasi kinerja industri jasa keuangan khususnya fungsi intermediasi, menjaga stabilitas sistem keuangan, dan mendukung pertumbuhan ekonomi.
Anto bilang, OJK senantiasa memantau perkembangan ekonomi global yang sangat dinamis dan berupaya untuk terus memitigasi potensi risiko yang ada terhadap kinerja sektor jasa keuangan domestik.
Baca Juga: Siapa saja yang bisa dapat relaksasi kredit akibat corona? Ini penjelasannya
OJK memperkirakan kondisi perekonomian global akan terkontraksi cukup dalam pada semester 1-2020 dan mulai kembali pulih pada semester 2-2020 seiring dengan wabah virus corona yang terus meningkat, khususnya di luar Tiongkok. Namun demikian, pulihnya perekonomian global akan sangat bergantung pada berakhirnya wabah virus corona di tataran global.
Perekonomian AS dan Eropa diprediksi akan terkontraksi pada Q2-2020 mengingat penyebaran virus corona di AS dan Eropa baru akan mencapai puncaknya pada April dan Mei, sedangkan perekonomian Tiongkok diprediksi telah membaik pada Q2-2020 sejalan dengan mulai melambatnya penyebaran virus Corona di Tiongkok.
Besarnya sentimen negatif terkait penyebaran virus corona baik secara global maupun perkembangan di Indonesia mempengaruhi kinerja sektor jasa keuangan domestik, khususnya di pasar keuangan, baik pasar saham maupun SBN.
Baca Juga: Ada BLBI Jilid II, mekanisme harus ketat dan jelas
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News