kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Melejit di tengah pandemi, pinjol salurkan pinjaman Rp 113,46 triliun hingga Juni


Kamis, 13 Agustus 2020 / 16:12 WIB
Melejit di tengah pandemi, pinjol salurkan pinjaman Rp 113,46 triliun hingga Juni
ILUSTRASI. ilustrasi fintech. /2017/01/04


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pinjaman online lewat fintech peer to peer (P2P) lending tumbuh di tengah pandemi Covid-19. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang dirilis pada Rabu (23/8), industri ini telah menyalurkan pinjaman sebesar Rp 113,46 triliun hingga Juni 2020.

Nilai itu tumbuh 153,23% year on year (yoy) dari posisi yang sama tahun lalu hanya Rp 44,8 triliun. Adapun outsanding pinjaman hingga Juni 2020 tumbuh 38,42% yoy dari menjadi Rp 11,77 triliun. Sedangkan pada Juni 2019 hanya Rp 8,5 triliun.

Baca Juga: Citibank Indonesia catatkan laba bersih Rp 1,4 triliun di semester I

“Untuk sektor keuangan non bank itu yang melejit, pegadaian. Kemudian yang paling melejit adalah fintech peer to peer lending,” ujar Deputi Komisioner dan Pengawas OJK, Muhammad Ichsanuddin beberapa waktu lalu.

Pinjaman hingga paruh pertama 2020 itu disalurkan oleh 158 pemain terdaftar, dimana sebanyak 33 entitas telah mendapatkan izin. Sedangkan pinjaman yang disalurkan pada semester 1-2019 hanya 113 entitas terdaftar dengan hanya tuju pemain yang mengantongi izin.

Industri fintech P2P lending telah menyalurkan pinjaman dari 659.186 rekening pemberi pinjaman (lender). Di tengah ketidakpastian ekonomi akibat Corona, jumlah lender tersebut tumbuh 31,15% yoy dari 498.842 rekening di Juni 2019.

Rekening lender tersebut masih didominasi oleh investor di pulau jawa yang berkontribusi sebesar 82,35% atau sebanyak 542.837 rekening. Lalu luat pulau jawa sebesar 17% atau 112.453 rekening. Juga dari investor luar negeri sebanyak 0,59% atau 3.896 rekening.

Baca Juga: Dorong transaksi e-channel, Bank Mandiri gandeng Bright Store

Dana dari lender tersebut bisa disalurkan kepada 25,76 juta rekening peminjam (borrower) di Juni 2020. Nilai itu tumbuh 164,46% yoy di banding 9,74 juta rekening borrower di Juni 2019.

Peminjam tersebut masih didominasi dari pulau jawa sebanyak 21,16 juta rekening atau berkontribusi 82,14% dari total borrower. Sedangkan pulau jawa hanya 17,86% atau sebanyak 4,6 juta rekening.

Grup Modalku telah berhasil menyalurkan pinjaman usaha sebesar Rp 15,4 triliun untuk UMKM di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Singapura, dan Malaysia. Jumlah tersebut dicapai sejak Modalku berdiri hingga semester I-2020 lalu. Pinjaman itu disalurkan lewat lebih dari 2,4 juta transaksi pinjaman. Jumlah ini tumbuh lebih dari 60% sejak awal tahun 2020.

"Tahun 2020 merupakan tahun yang penuh tantangan terutama pada kuartal II, di mana kita semua sama-sama merasakan dampak dari pandemi virus Covid-19, termasuk UMKM. Sampai saat ini, fokus utama Modalku adalah mendukung UMKM yang bisnisnya terkena dampak pandemi tersebut," kata Co-Founder & CEO Modalku Reynold Wijaya.

Baca Juga: CIMB Niaga dorong nasabah bertransaksi digital

Lanjut dia bilang, untuk jumlah penyaluran pada paruh pertama tahun ini mencapai Rp 4,1 triliun. Reynold menyebut, transaksi pinjaman yang terus meningkat menunjukkan komitmen Modalku untuk tetap berkontribusi terhadap perkembangan UMKM.

Ia merinci, peminjam di Modalku didominasi oleh UMKM sektor perdagangan, baik besar maupun eceran. Dengan adanya pandemi ini, langkah restrukturisasi juga perlu dilakukan sebagai bentuk solusi bagi peminjam di Modalku yang mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya.

"Sekitar 2% peminjam aktif Modalku telah mengajukan restrukturisasi dan dalam proses oleh tim Modalku. Sebagian besar, kebutuhan restrukturisasi diajukan oleh peminjam karena adanya penurunan omset akibat pandemi, penundaan pembayaran dari payor/bouwheer (pemberi kerja untuk UMKM) khusus untuk pinjaman Invoice Financing, dan beberapa disebabkan adanya kesulitan dalam pembelian barang modal karena keterbatasan logistik, sehingga usaha terhambat," papar Reynold.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×