Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah nasabah mengeluhkan layanan perbankan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) yang masih mengalami gangguan sejak Senin (8/5). Hingga hari ini gangguan layanan tersebut belum sepenuhnya pulih.
Salah satu nasabah yang juga merupakan Rektor Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Mukhaer Pakkana menyatakan, perguruan tingginya terkena dampak yang luar biasa. Arus kas terhenti selama tiga hari.
"Sebagai nasabah loyal, selama ini ITB Ahmad Dahlan bangga dengan emiten dengan kode saham BRIS ini. Saat ini kepercayaan publik ke kami anjlok, karena tidak tepat waktu dalam transaksi," ungkap Mukhaer kepada kontan.co.id, Kamis (11/5).
Baca Juga: BSI Mobile Error, Begini Kata Pakar Forensik Digital
Terkait kerugian yang ditimbulkan, Mukhaer menjabarkan, kalkulasi sederhananya dengan dosen dan karyawan jumlahnya 500 orang dan tentu wajib payrollnya di BSI. Bisa dibayangkan berapa jumlah orang yang terlibat.
"Ada anak tuk kebutuhan sekolah, transportasi, dan konsumsi keluarga. Demikian juga mahasiswa, jumlah 5.000 orang, pembayaran kuliah bisa tersendat. Aktivitas pembelajaran berhenti. Honor tidak tertransfer, rekanan bisnis kampus tidak berjalan. Klo dikalkulasi, bisa mengurangi kepercayaan kampus di mata publik. Pemasukan juga berkurang," jelasnya.
Mukhaer menegaskan, jika manajemen BSI masih punya rasa malu, mereka harus bertanggung jawab. Kalau tidak siap, harus mundur. Menurutnya, ini bukan semata soal finansial, tapi dampak kepercayaan.
"Manajemen tampaknya tidak punya early warning system dalam memitigasi hacker atau sabotase serangan siber. Harus rekrut talenta-talenta handal di bidang IT. Tidak cukup dari staf IT dari peninggalan lama," katanya.
Baca Juga: Kompak Turun, Harga Saham BRIS dan BBCA Merah di Perdagangan Bursa Kamis (11/5)
Menanggapi layanan BSI yang alami gangguan, Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan, hal ini menjadi pelajaran berharga bagi bank untuk meningkatkan keamanan sistem operasional bank dan memerlukan back up system bila terjadi hal serupa.
"Dampaknya tentu bisa membuat kekhawatiran nasabah terhadap dana yang ditempatkan di bank sehingga bank perlu secara aktif untuk meyakinkan masyarakat bahwa dana dan data nasabah tetap aman," ujar Trioksa.
Sementara terkait kerugian kepada nasabah, menurut Trioksa kerugiannya perlu didata terlebih dulu apakah ada kerugian langsung secara keuangan atau sudah dapat diantisipasi. Namun kepercayaan masyarakat yang penting untuk dijaga dan ditenangkan.
"Masukan kedepan, bank perlu meningkatkan sistem keamanan cyper sistemnya dan membuat back up plan system bila terjadi serangan serupa dikemudian hari," kata Trioksa.