kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Melihat Perkembangan Ketahanan Modal Bank Digital


Selasa, 14 Februari 2023 / 05:45 WIB
Melihat Perkembangan Ketahanan Modal Bank Digital


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Batas akhir pemenuhan kewajiban modal inti minimum Rp 3 triliun sudah terlewati. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun sudah mengambil tindakan tegas bagi yang gagal memenuhi ketentuan tersebut. Ada satu bank yang turun kelas menjadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan ada dua bank yang lagi diarahkan untuk merger.

Untuk memenuhi modal inti minimal Rp 3 triliun, bank melakukan banyak cara, seperti right issue, merger dan akuisisi (M&A) hingga private placement. Namun sejauh ini yang paling banyak dilakukan adalah right issue.

Beberapa bank yang melakukan right issue dan sudah memenuhi ketentuan OJK antara lain PT Bank Oke Indonesia Tbk (DNAR), PT Bank JTrust Indonesia Tbk (BCIC), PT Bank Victoria International Tbk (BVIC), PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA), PT Bank Bumi Artha Tbk (BNBA), PT Bank Ganesha Tbk (BGTG), PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB), PT Bank Capital Tbk (BACA), PT Bank Raya Tbk (AGRO), PT Bank Amar Tbk (AMAR) dan PT Bank Maspion Tbk (BMAS).

Baca Juga: Intip Strategi Sejumlah Bank Cilik Genjot Bisnis Usai Penuhi Aturan Modal Inti

“Selain untuk memperkuat modal, dana investor yang masuk lewat corporate action juga diperlukan untuk meningkatkan likuiditas. Memang dengan likuiditas yang ada bank-bank kecil dan digital bank akan fokus menggenjot kredit. Namun kunci mendorong pertumbuhan kredit adalah demand dan ekosistem. Tidak semua bank kecil dan bank digital punya ekosistem yang kuat untuk penyaluran kredit,” kata Tirta Citradi Analis MNC Sekuritas, Senin (13/2).

Hal menarik lain dari aksi korporasi bank kecil di penghujung 2022 adalah ketidakmampuan bank menjaring dana investor secara optimal. BBYB misalnya menargetkan pendanaan dengan nilai jumbo pada 2021. Namun, relaisasi dana yang dihimpun lebih rendah dari target awalnya.

Tirta bilang, kondisi pasar keuangan tahun 2022 diwarnai gejolak kenaikan suku bunga dan pengetatan likuiditas. Itu berdampak pada berbagai aksi korporasi yang dilakukan tahun lalu karena likuiditas di pasar tidak seample di 2021 karena investor akan lebih fokus terhadap kualitas aset.

Fakhrul Arifin dari BCA Sekuritas juga turut menyoroti aksi korporasi yang dilakukan bank-bank kecil pada 2022. Banyak bank membidik pendanaan di pasar modal akhir tahun lalu karena tenggak waktu pemenuhan modal inti. Namun, ukuran dana yang dihimpun kecil-kecil hanya sekitar Rp 1 triliun.

Baca Juga: Sudah Penuhi Modal Inti, Begini Langkah Sejumlah Bank Kejar Pertumbuhan pada 2023

Itu melihat kondisi itu berbeda dengan tahyun 2021 dimana likuiditas di pasar masih melimpah. Menurutnya, bank yang berhasil melakukan pendanaan lebih awal akan diuntungkan. 

Bank Jago Tbk (ARTO) misalnya melakukan rights issue jumbo tahun 2021 dengan menghimpun dana Rp 7 triliun. Sementara di awal 2022, ada Allo Bank (BBHI) dengan perolehan dana Rp 4,8 triliun.

Pada kasus ARTO, lanjut Fakhrul, nilai right issuenya paling besar. Awalnya strategi right issue jumbo ini terlihat seperti tidak terlalu efisien, tetapi itu merupakan merupakan strategi forward looking yang bagus. 

Baca Juga: Waspadai Jebakan Transaksi Semu yang Bisa Bikin Cuan Investor Menguap

"Terbukti dengan menerapkan strategi pendanaan di awal-awal membuat ARTO dapat menggalang dana besar sekaligus langsung naik kelas menjadi KBMI II. Bank ini juga tidak perlu khawatir lagi tentang pemenuhan modal, sehingga bisa fokus untuk ekspansif secara berkualitas di tahun ini,” kata Fakhrul.

Saat ini, ARTO tercatat memiliki keunggulan dari sisi permodalan dibanding bank digital lain. Capital Adequacy Ratio (CAR) bank ini per September  2022 mencapai Rp 97,5%. Dengan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) yang tumbuh dengan didominasi dana murah, likuiditas bukan merupakan isu bagi ARTO di saat suku bunga naik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×