Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Noverius Laoli
Itu melihat kondisi itu berbeda dengan tahyun 2021 dimana likuiditas di pasar masih melimpah. Menurutnya, bank yang berhasil melakukan pendanaan lebih awal akan diuntungkan.
Bank Jago Tbk (ARTO) misalnya melakukan rights issue jumbo tahun 2021 dengan menghimpun dana Rp 7 triliun. Sementara di awal 2022, ada Allo Bank (BBHI) dengan perolehan dana Rp 4,8 triliun.
Pada kasus ARTO, lanjut Fakhrul, nilai right issuenya paling besar. Awalnya strategi right issue jumbo ini terlihat seperti tidak terlalu efisien, tetapi itu merupakan merupakan strategi forward looking yang bagus.
Baca Juga: Waspadai Jebakan Transaksi Semu yang Bisa Bikin Cuan Investor Menguap
"Terbukti dengan menerapkan strategi pendanaan di awal-awal membuat ARTO dapat menggalang dana besar sekaligus langsung naik kelas menjadi KBMI II. Bank ini juga tidak perlu khawatir lagi tentang pemenuhan modal, sehingga bisa fokus untuk ekspansif secara berkualitas di tahun ini,” kata Fakhrul.
Saat ini, ARTO tercatat memiliki keunggulan dari sisi permodalan dibanding bank digital lain. Capital Adequacy Ratio (CAR) bank ini per September 2022 mencapai Rp 97,5%. Dengan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) yang tumbuh dengan didominasi dana murah, likuiditas bukan merupakan isu bagi ARTO di saat suku bunga naik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News