kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45896,66   8,93   1.01%
  • EMAS1.363.000 -0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Memasuki Semester Kedua, Saham Perbankan Masih Berpotensi Menguat


Senin, 03 Juli 2023 / 05:05 WIB
Memasuki Semester Kedua, Saham Perbankan Masih Berpotensi Menguat


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki separuh kedua tahun 2023, kinerja emiten perbankan diprediksi bisa melaju lebih kencang. Alhasil, harga sahamnya pun juga bisa terdongkrak lebih tinggi.

Pada enam bulan pertama di tahun ini, industri perbankan memang dihadapkan dengan perlambatan penyaluran kredit. Hingga Mei 2023 saja, pertumbuhan kredit yang disalurkan masih 9,4% YoY, masih di bawah target industri yang memproyeksikan tumbuh 10% YoY.

Jika melihat dari harga sahamnya, emiten bank yang mencatatkan pertumbuhan paling tinggi di semester I/2023 adalah PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) dengan kenaikan sebesar 59% year to date (YtD) dan seharga Rp 1.135.

Lebih lanjut, PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) mengisi tiga besar kenaikan saham tertinggi di industri perbankan.  BNGA naik 33,76% YtD dan BRIS naik 31,01% YtD.

Baca Juga: Bottom Line Emiten Ritel Masih Tertekan, Intip Prospeknya di 2023

Research & Consulting Manager Infovesta Utama Nicodimus Anggi melihat emiten sektor perbankan ini masih overweight di separuh kedua tahun ini, terkhusus bank dengan kapitalisasi besar. 

Dia beralasan, periode tersebut risiko di pasar akan lebih stabil sejalan dengan stabilnya gerak suku bunga acuan dalam negeri. Ditambah, potensi kampanye pemilu yang bakal mendorong pertumbuhan kredit perbankan bisa semakin besar.

“Secara historis menjelang pemilu, mayoritas harga saham perbankan dapat mengungguli kinerja IHSG itu sendiri,” ujar Nico, Minggu (2/7).

Lebih lanjut, Nico melihat pertumbuhan kinerja keuangan dalam hal ini laba sudah bisa terlihat di laporan pada kuartal kedua nantinya. Di mana, pertumbuhan kredit perbankan mulai menunjukkan pemulihan pada laporan terakhir di Mei 2023.

Tak hanya itu, dia juga melihat net interest margin (NIM) yang menjadi pendorong kinerja di tiga bulan pertama 2023 akan mencatatkan peningkatan lebih solid di kuartal kedua.

“Seiring belum akan signifikannya kenaikan cost of fund dan LDR diprediksi juga cenderung stabil,” ujar dia.

Baca Juga: Ramai Pembagian Dividen, Pilih Saham Blue Chips atau Lapis Kedua?

Sementara itu, CEO Edvisor.id Praska Putrantyo mengungkapkan bahwa kalau melihat di kinerja keuangan kuartal dua justru berpotensi lebih lambat di kuartal pertama karena masih ada efek suku bunga yang masih tinggi.

Namun, dia sependapat kalau pertumbuhan dari di semester dua nanti akan kembali pulih terutama dari sisi penyaluran kredit. Meski demikian, pertumbuhan sepanjang tahun ini juga tak akan setinggi pertumbuhan di 2022.

Dia justru memproyeksikan kredit di 2023 ini hanya mampu tumbuh sekitar 8% hingga 10%. Sementara, pendapatan secara rata-rata hanya akan tumbuh  di kisaran 10% hingga 15% dan laba akan tumbuh rata-rata sekitar 15% dan 20%.

Dari sisi kinerja saham sendiri, Praska melihat memang secara mayoritas emiten perbankan ini mencatatkan kinerja saham yang positif. Ia juga menambahkan koreksi-koreksi yang terjadi pada emiten perbankan di tahun ini belum membuat saham perbankan ini relatif murah.

“Karena sebelumnya sudah mengalami kenaikan yang signifikan,” ujar Praska.

Baca Juga: Setelah Libur Panjang, Simak Prediksi IHSG Untuk Perdagangan Senin (3/7)

Rekomendasi Saham

Untuk saham-saham yang layak dikoleksi di semester dua ini, Nico menyebutkan bahwa rekomendasinya masih seputar empat bank besar, di antaranya adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).

Alasannya, Nico melihat keempat bank tersebut memiliki kinerja dan fundamental paling solid di antara bank lainnya. Ditambah, rasio keuangan dari empat bank tersebut juga mumpuni.

“Tingkat kepercayaan investor terhadap empat bank ini juga paling besar di antara bank lainnya,” tambah Nico.

Baca Juga: IHSG Berpotensi Menguat di Juli, Simak Pilihan Saham Dari Analis

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta merekomendasikan untuk beli BBNI dengan target harga Rp 12.400 per saham dan BMRI dengan target harga Rp 6.300 per saham. Sedangkan untuk BBCA direkomendasikan trading buy dengan target harga Rp 10.100 per saham dan BBRI hold dengan target harga Rp 6.000 per saham.

Nafan bilang, saham-saham empat bank tersebut memang secara teknikal memang selalu konsistensi naik dari tahun ke tahun sehingga layak dikoleksi. Di tambah, fundamentalnya juga sudah kuat.

“Kalaupun harga saham mereka terkoreksi biasanya dimanfaatkan oleh investor untuk menambah akumulasi untuk jangka panjang, ” ujar dia.

Sementara itu, Praska menyebutkan ada beberapa bank yang layak dicermati di luar emiten bank besar tersebut. Misalnya, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS), PT Bank Danamon Tbk (BDMN), dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN).

Baca Juga: Setelah Libur Panjang, Simak Prediksi IHSG Untuk Perdagangan Senin (3/7)

Untuk BBTN, Praska melihat ada sentimen positif dari kenaikan plafon perumahan yang terkena PPN 11%. Alhasil, bank-bank yang fokus pada penyaluran rumah-rumah kelas bawah bisa terdampak positif.

Sedangkan untuk BDMN dan BRIS, Praska bilang karena performa kinerja mereka memang masih baik dan harga saham mereka masih dalam konsolidasi sehingga belum mengalami kenaikan yang signifikan dalam jangka panjang maupun menengah.

Dari sisi teknikal sendiri, Ia melihat PBV dari dua bank tersebut masih tergolong murah. Misal, BDMN memiliki PBV di level 0,62 dan BRIS memiliki PBV di level 2.23.

“Kalau bank digital saya belum rekomendasikan karena kinerjanya saat ini masih mengalami penurunan,” pungkas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Pre-IPO : Explained Supply Chain Management on Efficient Transportation Modeling (SCMETM)

[X]
×