Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi
Model bisnis seperti ini pula yang disebut Endang menjadi nilai tambah bagi kartu pembiayaan, sebab nasabah bisa menentukan limit kartunya sesuai kebutuhan transaksinya sehari-hari. Alih-alih memiliki limit tinggi yang biasa diberikan kartu kredit konvensional tanpa memperhitungkan pola konsumsi nasabahnya.
Dengan model bisnis macam itu, kartu pembiayaan disebut Endang tak berfungsi sebagai kartu utang, melainkan sebagai alat bantu untuk transaksi nasabah. Strategi macam ini pula yang diharapkan perseroan bisa menopang bisnis kartu pembiayaan BNI Syariah bertajuk Hasanah Card yang telah diluncurkan sejak 2009.
Baca Juga: Garap nasabah induk perusahaan, CNAF bukukan pertumbuhan pembiayaan 79%
“Hingga Juli 2019 sales volume Hasanah Card telah mencapai Rp 675 miliar, sudah mencapai 59% dari target kami tahun ini sebesar Rp 1,2 triliun,” lanjutnya.
Sementara UUS Bank CIMB Niaga yang belum memisahkan diri dari induknya ambil strategi lain untuk mendorong pertumbuhan produk kartu pembiayaannya. produk-produk syariah perseroan akan diprioritaskan untuk ditawarkan ke nasabah.
“Di CIMB Niaga produk-produk berbasis syariah diprioritaskan, baik produk funding maupun financing. Untuk financing misalnya KPR, kemudian di funding ada payroll berbasis syariah yang ditawarkan terlebih dahulu,” jelas Pandji kepada KONTAN.
Baca Juga: LinkAja siap susul GoPay dalam pembayaran non tunai untuk pembuatan SIM
Tak asal memprioritaskan, produk-produk syariah CIMB Niaga juga disebut Pandji kini memiliki kualitas dan fitur yang serupa dari produk konvensionalnya. Sehingga saat beralih ke produk syariah, nasabah tak mengalami kesulitan. Termasuk soal kartu pembiayaan tadi.
Sementara hingga Juni 2019, Pandji bilang perseroan telah menerbitkan 355.000 kartu pembiayaan dengan sales volume mencapai Rp 700 miliar. Hingga akhir tahun targetnya perseroan bisa menerbitkan 380.000 kartu dan meraih sales volume mencapai Rp 750 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News