kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Membaca peluang bisnis kartu pembiayaan di bank syariah


Senin, 26 Agustus 2019 / 17:58 WIB
Membaca peluang bisnis kartu pembiayaan di bank syariah
ILUSTRASI. BNI Syariah


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kartu kredit syariah adalah sebuah paradoks. Sebab, bisnis kartu kredit yang mengandalkan bunga sebagai pendapatannya tak sesuai dengan prinsip syariah. Meski demikian, beberapa bank sejatinya mulai membidik bisnis ini bertajuk kartu pembiayaan, tentu disesuaikan dengan prinsip syariah.

General Manager Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI) Steve Martha menjelaskan bank syariah yang ingin berpartisipasi dalam bisnis kartu kredit sejatinya memang punya tantangan besar.

Baca Juga: Likuiditas masih seret, bank aktif transaksi di pasar uang antar bank (PUAB)

“Secara alamiah bisnisnya memang berlawanan, kartu kredit yang mengandalkan bunga dari cicilan dengan prinsip syariah. Agak sedikit sulit memang untuk diterima masyarakat, selain pemain dan portofolionya juga masih sedikit dibandingkan dengan kartu kredit konvensional,” katanya kepada Kontan.co.id, Senin (26/8).

Padahal kata Steve, bisnis model kartu pembiayaan sejatinya memang berbeda dengan kartu kredit konvensional. Ini yang menurut Steve menjadi tugas bagi bank syariah untuk mempopulerkan konsep kartu pembiayaan untuk meningkatkan akseptasi masyarakat. Sebab menurutnya potensi industri syariah sejatinya memang besar.

Saat ini, baru ada dua bank yang PT Bank BNI Syariah, dan unit usaha syariah (UUS) PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA, anggota indeks Kompas100) yang memiliki produk kartu pembiayaan.

Baca Juga: Pasar otomotif lesu, MTF kejar pembiayaan multiguna

General Manager Card Business Division BNI Syariah Endang Rosawati juga mengakui hal tersebut memang edukasi terkait kartu pembiayaan syariah memang tugas yang tak mudah.

“Perlu edukasi yang intens, mengingat konsep akad kartu pembiayaan dengan kartu kredit konvensional berbeda. Akad kartu pembiayaan berdasarkan penjaminan bank kepada merchant, dimana nilai penjaminannya akan disesuaikan dengan limit yang diberikan bank kepada nasabah,” jelasnya kepada Kontan.co.id.

Model bisnis seperti ini pula yang disebut Endang menjadi nilai tambah bagi kartu pembiayaan, sebab nasabah bisa menentukan limit kartunya sesuai kebutuhan transaksinya sehari-hari. Alih-alih memiliki limit tinggi yang biasa diberikan kartu kredit konvensional tanpa memperhitungkan pola konsumsi nasabahnya.

Dengan model bisnis macam itu, kartu pembiayaan disebut Endang tak berfungsi sebagai kartu utang, melainkan sebagai alat bantu untuk transaksi nasabah. Strategi macam ini pula yang diharapkan perseroan bisa menopang bisnis kartu pembiayaan BNI Syariah bertajuk Hasanah Card yang telah diluncurkan sejak 2009.

Baca Juga: Garap nasabah induk perusahaan, CNAF bukukan pertumbuhan pembiayaan 79%

“Hingga Juli 2019 sales volume Hasanah Card telah mencapai Rp 675 miliar, sudah mencapai 59% dari target kami tahun ini sebesar Rp 1,2 triliun,” lanjutnya.

Sementara UUS Bank CIMB Niaga yang belum memisahkan diri dari induknya ambil strategi lain untuk mendorong pertumbuhan produk kartu pembiayaannya. produk-produk syariah perseroan akan diprioritaskan untuk ditawarkan ke nasabah.

“Di CIMB Niaga produk-produk berbasis syariah diprioritaskan, baik produk funding maupun financing. Untuk financing misalnya KPR, kemudian di funding ada payroll berbasis syariah yang ditawarkan terlebih dahulu,” jelas Pandji kepada KONTAN.

Baca Juga: LinkAja siap susul GoPay dalam pembayaran non tunai untuk pembuatan SIM

Tak asal memprioritaskan, produk-produk syariah CIMB Niaga juga disebut Pandji kini memiliki kualitas dan fitur yang serupa dari produk konvensionalnya. Sehingga saat beralih ke produk syariah, nasabah tak mengalami kesulitan. Termasuk soal kartu pembiayaan tadi.

Sementara hingga Juni 2019, Pandji bilang perseroan telah menerbitkan 355.000 kartu pembiayaan dengan sales volume mencapai Rp 700 miliar. Hingga akhir tahun targetnya perseroan bisa menerbitkan 380.000 kartu dan meraih sales volume mencapai Rp 750 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×