Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintahan baru resmi dimulai dengan dilantiknya Prabowo Subianto sebagai presiden kedelapan Indonesia. Berbagai tuah pun dinantikan salah satunya terhadap kredit perbankan.
Memang, jika melihat lima tahun ke belakang, pertumbuhan kredit perbankan terbilang mini dengan hanya tumbuh dobel digit pada dua tahun terakhir di kisaran 10% hingga 11%. Ini juga dipengaruhi dengan adanya pandemi Covid-19 yang bahkan membuat kredit sempat terkoreksi pada 2020.
Dengan adanya pemerintahan baru, optimisme pertumbuhan kredit yang lebih tinggi pun muncul. Hal itu didukung oleh beberapa program-program yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo dalam pemerintahan lima tahun ke depan.
Baca Juga: Berlangsung Ketat, Intip Strategi Bank Digital Menghimpun Dana Pihak Ketiga (DPK)
Pakar ekonomi sekaligus Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah, mengungkapkan bahwa secara tidak langsung program-program pemerintah bisa berdampak pada kredit perbankan.
Ia pun melihat Presiden Prabowo akan membawa semangat melanjutkan apa yang juga sudah dijalankan oleh pemerintah sebelumnya. Artinya, sektor infrastruktur dan properti bakal menjadi salah satu yang akan berdampak terhadap kredit perbankan ke depan.
“(Prabowo) masih akan mencoba untuk mendorong tumbuh berkembangnya, pelayanan perumahan. Ya tentunya harapannya adalah kredit perumahan akan lebih berkembang,” ujarnya.
Hanya saja, ia melihat apapun program yang akan direalisasikan oleh pemerintahan baru ini juga akan bergantung pada kebijakan moneter dari Bank Indonesia. Di mana, Piter menyebutkan kebijakan moneter lebih berdampak langsung pada penyaluran kredit perbankan.
Baca Juga: Kredit Menganggur Perbankan Kian Menumpuk, Ini Penyebabnya
“Kalau kebijakan dari BI itu ketat, super ketat, uangnya nggak ada, ya pasti akan pertumbuhan perumahan juga akan terbatas,” tambah Piter.
Sementara itu, Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengungkapkan bahwa sejatinya pertumbuhan kredit perbankan masih memiliki ruang pertumbuhan kredit. Meskipun, saat ini kredit bank juga sudah menunjukkan pertumbuhan yang mencapai dobel digit.
Menurutnya, hal tersebut tercermin dari rasio Loan to Deposit (LDR) yang beberapa waktu terakhir masih di kisaran 87%. Padahal, kata Mahendra, sebelum pandemi Covid-19, LDR perbankan itu bisa mencapai sekitar 92% akibat penyaluran kredit yang memang tinggi.
Oleh karenanya, Mahendra berharap kredit juga bisa tumbuh lebih baik sejalan dengan arah pemerintah baru yang mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi lagi. Sebab, Mahendra optimistis itu pertumbuhan ekonomi tinggi memiliki multiplier effect terutama bagi kredit bank.
“Pada gilirannya menjadi mendorong bagi pertumbuhan kredit di berbagai sektor yang menjadi prioritas dan agenda utama dari pemerintah yang baru,” ujar Mahendra.
Lebih lanjut, ia optimistis, setidaknya hingga akhir tahun, bank tetap bisa mencapai target dalam Rencana Bisnis Bank (RBB). Di mana, secara industri, kredit diperkirakan bisa tumbuh di kisaran 9% hingga 11%.
Baca Juga: Mulai Januari 2025, Sejumlah Sektor Ini Dapat Insentif Likuiditas dari BI
Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan mengungkapkan bahwa pihaknya saat ini lebih bersikap wait and see. Sebab, ia menunggu program-program yang bakal direalisasikan serta susunan kabinet baru nantinya.
Menurut Lani, dengan adanya kepastian setelah pelantikan ini, barulah pihaknya bisa melihat dukungan arahan untuk ekonomi ke depan. “Kita tunggu saja. Kami akan tetap fokus di UKM , kredit kendaraan, dan unsecured loan,” ujar Lani.
Bukan tanpa sebab, CIMB Niaga sedang memiliki kinerja bagus di sektor-sektor tersebut. Sebagai gambaran, per September 2024, kredit UKM di CIMB Niaga tumbuh hampir 10% dan kredit kendaraan tumbuh sekitar 25%.
“Kami forecast pertumbuhan kredit kami di 6,5%-an sampai akhir tahun,” ujarnya.
Baca Juga: Bank Optimis Transaksi Mobile Banking Baik di Kuartal IV-2024
Sementara itu, Direktur Keuangan Bank Mandiri, Sigit Prastowo, lebih melihat untuk secara jangka pendek saja setidaknya hingga akhir tahun. Sigit optimistis kredit konsolidasi akhir tahun 2024 tumbuh sesuai guidance Bank Mandiri di 16% hingga 18% yoy.
Ia pun memproyeksikan kredit korporasi dan komersial masih menjadi pendorong pertumbuhan kredit Bank Mandiri, sesuai dengan strategi yang sudah diimplementasikan yaitu mempertahankan dominasi bisnis nasabah segmen wholesale.
“Kami juga mendorong pertumbuhan segmen retail melalui pendekatan wholesale ecosystem-driven growth dan tetap mengedepankan pertumbuhan yang berkualitas,” ujar Sigit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News