Reporter: Roy Franedya | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Tingginya kredit otomotif di Indonesia mendatangkan kekhawatiran terjadinya penggelembungan (bubble) ekonomi di sektor otomotif. Itu sebabnya, Bank Indonesia (BI) sedang melakukan kajian untuk menerapkan loan to value (LTV) pada kredit otomotif.
LTV adalah rasio pemberian kredit terhadap nilai barang. Misalnya, dalam pembelian kendaraan bermotor, LTV 10: 90 artinya 10% uang muka dan 90% kredit yang diberikan perusahaan multifinance atau perbankan.
Deputi Gubernur BI, Hartadi Agus Sarwono mengatakan, bank sentral melakukan pengkajian ini setelah menangkap adanya potensi bubble ekonomi sektor otomotif. Biasanya dalam fase pemulihan ekonomi, pertumbuhan sektor otomotif dan properti sangat cepat, sehingga berpotensi bubble. "Otomotif sudah terlihat, sedangkan properti belum terlalu kelihatan tetapi perlu diwaspadai. Kalau melihat harga properti memang naik, tapi belum berpotensi bubble," ujar Hartadi, Jumat (22/7).
Potensi bubble otomotif bersumber dari amat mudahnya masyarakat mendapatkan mobil atau sepeda motor. Pertumbuhannya terlalu cepat. "Nanti kami lihat apa perlu menerapkan kebijakan macro prudential melalui kebijakan, sehingga ada peralihan (shifting) kredit ke sektor tertentu dari yang berpotensi bubble dengan sektor yang justru membutuhkan kredit lebih tinggi," tambahnya.
LTV merupakan salah satu instrumen mencegah potensi bubble. Caranya, memperbesar uang muka pembelian kredit otomotif. "Pertumbuhan kredit tinggi tidak masalah, tapi idealnya ke sektor yang produktif," terang Hartadi.
Berdasarkan data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), total penjualan hingga Mei 2011 mencapai 3,41 juta unit motor, tumbuh 17,59% dari Mei 2010 di angka 2,9 juta unit. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat, hingga Mei sudah terjual 348.939 unit mobil, naik 16,31% dibanding Mei 2010.
Direktur Kredit Bank Mega, Daniel Budirahayu, mengatakan, kenaikan permintaan masyarakat terhadap kendaraan karena kenaikan pendapatan per kapita. Angka ini per akhir 2010 sudah di atas US$ 3.000. "Faktor lain, bunga acuan alias BI rate stabil, sehingga banyak bank agresif menawarkan kredit konsumsi," ujarnya.
Daniel menyarankanagar BI juga memperhatikan risiko kredit berdasar jenis mobil. Misalnya, mobil yang harga jual bekas bagus mendapat LTV lebih rendah ketimbang mobil yang harga jual kembalinya turun drastis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News