kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Meneropong prospek bisnis dan saham bank syariah pada tahun depan


Kamis, 02 Desember 2021 / 06:10 WIB
Meneropong prospek bisnis dan saham bank syariah pada tahun depan


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -   JAKARTA. Propek bisnis bank syariah tahun depan diperkirakan akan tumbuh lebih kencang lagi sejalan dengan pemulihan ekonomi. Selama pandemi Covid-19, bisnis bank syariah masih tetap tumbuh baik di saat perbankan secara nasional mengalami kontraksi.

Deputi Komisioner Pengawas Perbankan III Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Slamet Edy Purnomo mengatakan, pertumbuhan pembiayaan bank syariah di tengah pandemi menunjukkan bahwa model bisnis syariah masih punya peluang tumbuh yang sangat bagus ke depan.

"Peluangnya masih besar, hanya saja masih perlu dilakukan akselerasi," katanya dalam webinar OJK, Jumat ( 26/11).

Data OJK mencatat, pembiayaan bank umum syariah dan unit usaha syariah meningkat 7,69% yoy menjadi Rp 396,80 triliun pada Agustus 2021. Diikuti peningkatan aset 14,22% dan DPK 14,72% yang masing - masing mencapai Rp 573,81 triliun dan Rp 490,73 triliun. 

Baca Juga: Bank Aladin akan berkolaborasi dengan banyak mitra offline dan digital tahun depan

PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) akan terus melakukan pengembangan digitalisasi untuk menggarap potensi pasar keuangan syariah yang masih besar. Hingga kuartal III 2021, transaksi di BSI sudah 95% dilakukan secara digital. 

"Kapabilitas digital yang telah kami bangun akan menuju super apps, lalu yang kedua kami telah memiliki lisensi open banking API yang akan membantu memperluas sinergi dengan pelaku bisnis lain," kata  Direktur Information Technology BSI Achmad Syafii dalam webinar, Rabu (1/12).

Kendati begitu, emiten berkode BRIS ini akan tetap mengusung konsep bisnis sebagai bionic banking dimana perseroan akan meningkatkan layanan digital tetapi juga tetap mempertahankan layanan cabang bagi nasabah yang membutuhkan layanan tatap muka. 

Tahun depan, BSI menyakini ekspansi pembiayaan tahun 2022 akan membaik seiring dengan proyeksi ekonomi yang diperkirakan semakin pulih.

Baca Juga: Gandeng Kimia Farma, BSI bidik transaksi EDC dan QRIS syariah di Aceh

Perseroan menargetkan pembiayaan tumbuh  9%- 10%.

Herry Gunardi Direktur Utama BSI sebelumnya mengatakan, dalam 10 bulan pertama tahun ini, perseroan melihat permintaan pembiayaan semakin meningkat. Sebagai strategi pembiayaan di tengah pandemi Covid-19, perseroan fokus pada konsumer, ritel dan mikro dengan target market  kelompok berpendapatan tetap. 

Sedangkan pada segmen korporasi dan komersial, perseroan memilih selektif dan lebih memilih sektor yang masih atraktif seperti perkebunan, telekomunikasi, hospital, farmasi dan lain-lain. Hingga akhir tahun, bank ini memperkirakan pembiayaan tumbuh 6%-7% dan per September tercatat tumbuh 7,3%

PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK) juga melihat peluang bisnis keuangan syariah masih sangat besar. Bank syariah digital ini mengambil pendekatan bisnis dengan menggabungkan elemen online dan offline (omnichannel). 

Sehingga dalam membangun ekosistem, Bank Aladin tidak hanya akan berkolaborasi dengan platform-platform digital tetapi juga akan berkolabotasi dengan mitra offline yang memiliki ekosistem yang besar. 

Dyota Mahotama Marsudi, CEO Bank Aladin Syariah mengatakan, saat ini perseroan tengah gencar melakukan penjajakan dengan perusahaan yang memiliki ekosistem yang besar, baik online dan offline. Namun, dia belum bisa merinci siapa calon parnert yang akan digandeng tersebut. "Mudah-mudahan tahun depan akan banyak pengumuman (kolaborasi) yang akan dilakukan," katanya dalam webinar, Rabu (1/12). 

Baca Juga: Membangun properti syariah butuh integrasi dan sinergi antar pemangku kepentingan

Sementara saat ini, Bank Aladin sudah menjalin kolaborasi dengan Alfamart, BPKH, Facebook dan juga Halodoc. Dalam menjalankan bisnisnya sebagai bank omnichannel, perseroan telah menetapkan fokus menyasar kelompok unbank dan underbank. 

Dalam berkolaborasi, Bank Aladin harus mencari mitra yang sudah memiliki kepercayaan dari masyarakat. Hal ini dinilai sangat penting karena perseroan merupakan bank baru. Apalagi dengan konsep digital yang diusung maka target market yakni unbank dan underbank yang belum terbiasa bertransaksi di bank harus memiliki tempat yang bisa mereka kunjungi dalam bertransaksi.

Unit Usaha Syariah (UUS) PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga Syariah) yang mencatatkan pembiayaan pada kuartal III-2021 tumbuh 8,5%, menargetkan pembiayaan tumbuh minimal 10% tahun 2022.

Baca Juga: Saham bank kecil dinilai masih menarik untuk dirilik, begini rekomendasi analis

"Tahun depan, kami juga memastikan pembiayaan akan tumbuh dua digit. Besarannya target rencana bisnis bank (RBB) masih dibicarakan dengan OJK dan di internal juga belum ketuk palu.

Namun, dipastikan akan tumbuh jauh di atas 10%," kata Direktur Syariah Banking CIMB Niaga Pandji P Djajanegara.

Prospek Saham Bank Digital

Analis Pilarmas Investindo Sekuritas, Okie Ardiastama melihat melihat prospek saham perbankan syariah masih cukup baik ke depan karena perekonomian syariah saat ini juga cukup berkembang pesat baik di Indonesia maupun Asia. 

Namun, pergerakan saham BRIS cenderung turun dinilai lebih karena pelaku pasar mencermati opsi right issue yang hingga saat ini masih menunggu konfirmasi dari manajemen. "Hal tersebut memberikan pilihan bagi pelaku pasar untuk wait and see pada BRIS," jelas Okie pada KONTAN, Rabu (1/12).

Baca Juga: BPR dan BPRS masih mampu mencetak kinerja positif di tengah pandemi

Selain itu, perlambatan saham syariah juga seiring dengan terhambatnya pertumbuhan total aset perbankan syariah seiring dengan tertundanya keberangkatan haji saat ini sebagai dampak dari pandemi.

Pilarmas Investindo Sekuritas menilai saham bank syariah masih menarik untuk diinvestasikan. Apalagi jika melihat pertumbuhan kredit mayoritas bank syariah cukup tinggi, jauh di atas industri perbankan. 

Menurutnya, pertumbuhan tersebut tak terlepas dari pangsa pasar syariah yang dinilai masih cukup rendah di industri perbankan, sehingga ruang pertumbuhan ke depan masih terbuka. 

"Untuk BTPS dan BANK tidak ada sentimen yang signifikan mempengaruhi harga. Sehingga kami menilai pelaku pasar lebih melihat prospek secara menyeluruh pada industri perbankan di tengah tantangan pandemi." pungkas Okie.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×