Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Noverius Laoli
Direktur Utama Bank Mayapada Haryono Tjahjarijadi bilang bahwa sesuai dengan rencana bisnis bank (RBB), pihaknya memang selalu memasang target NPL di bawah 3%.
Sementara dari sisi sektor bermasalah, Haryono menyebut pihaknya tetap menyalurkan kredit ke seluruh segmen dan sektor secara merata.
Baca Juga: Ruang penurunan bunga kredit terbuka di tahun depan
Artinya, tidak ada upaya spesifik untuk mengurangi pemberian kredit ke sektor tertentu. Tentunya, dengan mengedepankan prinsip kehati-hatian dan lebih selektif lagi di tahun depan.
Sebagai informasi saja, rasio NPL gross Bank Mayapada per September 2019 sempat meningkat menjadi 2,72% dari periode tahun sebelumnya 1,94%. Meski begitu, NPL net tercatat turun dari 4,5% menjadi 3,86% secara tahunan per September 2019.
Setali tiga uang, PT Bank Bukopin Tbk mengaku bahwa saat ini NPL perseroan juga tidak bisa dibilang rendah. Kendati demikian, Direktur Utama Bank Bukopin Eko R. Gindo menjelaskan posisi NPL masih berada dalam batas yang ditentukan oleh pihak regulator.
Asal tahu saja, pada kuartal III 2019 lalu NPL Bukopin ada di level 5,99% meningkat dari periode yang sama tahun sebelumnya 5,62%. Eko menjelaskan, bahwa mayoritas NPL tersebut merupakan kredit lama dan sampai saat ini pihaknya masih berupaya untuk memperbaiki rasio tersebut.
"NPL kami sebenarnya stabil, dan dari sisi aset produktif lumayan mengalami perbaikan," ujarnya di Jakarta, Kamis (12/12) lalu. Dus, bank bersandi saham BBKP ini menyatakan bakal mendorong NPL hingga ke bawah 5% di tahun depan.
Baca Juga: Bank berlomba-lomba gelontorkan dana untuk pengembangan digital banking
Menurut Eko, di tahun depan perbankan dipastikan bakal lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit. Di samping itu, perseroan juga akan lebih mengarahkan penyaluran kreditnya ke segmen konsumer yang risikonya lebih terukur.
"Kami target kredit single digit 4%-5%, komersial memang flat tapi konsumer kami terus tumbuh," imbuhnya.